Selamat Datang di Blog Analis Kesehatan Pontianak, Semoga Blog kami bermanfaat bagi Anda. Jangan Lupa untuk meninggalkan komentar untuk kemajuan blog kami, terima kasih!

26 Juli 2011

Alverno dan Mycobacterium leprae penyebab kusta

Analis Kesehatan - Sabtu, 9 Juli 2011. Seluruh Mahasiswa Angkatan XI Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak berkunjung ke RS Khusus Alverno di Singkawang, Rumah Sakit yang lebih spesifik menangani kasus Kusta.  Jadi Postingan kali ini kita membahas tentang kusta.
Sekilas tentang kusta/lepra, Sebagian orang menganggap, “kusta/lepra itu adalah penyakit kutukan atau adanya guna-guna ilmu gaib, sehingga penderita diasingkan dihutan”. Tetapi itu salah, disini akan dibahas tentang Lepra dan Bakteri penyebabnya.

Prinsip : Diambil risa serum atau bagian lesi yang aktif dari pasien terduga lepra kemudian dilakukan pewarnaan tahan asam untuk melihat adanya bakteri tahan asam dengan bentuk solid, globus, fragmented, granular atau clump.

Tinjauan pustaka: lepra atau leprosy (Hansen’s disease) adalah penyakit tua, dikenal sejak jaman Vedas (1400 SM) di India. Bakteri ini ditemukan oleh Hansen pada 1873 (9 tahun sebelum Robert Kohc menemukan basil tuberculosis) sehingga Mycobacterium leprae juga disebut Morbus Hansen.
Lepra termasuk penyakit infeksi yang menyerang kulit, syaraf tepid an membrane mukosa. Penyakit ini ditandai dengan lesi, hipopigmentasi dan kehilangan rasa (anesthesia) di bagian yang terang dari kulit yang terinfeksi.
Penularan penyakit lepra tidaklah mudah, bakteri menjalar ke orang sehat melalui kontak yang sering lewat kulit, membrane mukosa dan penetrasi luka.
Cara Penularan :
-          manusia merupakan satu-satunya sumber penularan.
-          Penularan terjadi dari penderita kusta yang tidak diobati ke orang lain melalui pernafasan atau kontak kulit yang lama.
Mycobacterium leprae merupakan pathogen intrasel obligat sehingga belum dapat dibiakkan invitro (media tak hidup). Bakteri sering ditemukan pada sel endothelial pembuluh darah atau sel mononuclear (makrofag) sebagai lingkungan yang baik untuk bertahan hidup dan perkembangbiakan. Perkiraan waktu bagi bakteri ini bereplikasi adalah 10-12 hari.
Basil lepra ini tahan terhadap degradasi intraseluler oleh makrofag, mungkin karena kemampuannya keluar dari fagosom ke sitoplasma makrofag dan berakumulasi hingga mencapai 1010 basil/gram jaringan pada kasus lepratype lepromatus. Kerusakan syaraf perifer yang terjadi merupakan sebuah respon dari system imun Karena adanya basil ini sebagai antigen. Pada lepra type tuberkuloid, terjadi granuloma yang sembuh dengan sendirinya bersifar berisi sedikit basil tahan asam.
Bakteri mycobacterium leprae berbentuk batang, langsing atau sedikit membengkok dengan kedua ujung bakteri tumpul, tidak bergerak, tidak memiliki spora dan tidak berselubung. Sel-sel panjang, ada kecenderungan untuk bercabang. Berukuran 1-7 x 0,2-0,5µm, bersifat gram positif, tahan asam, letak susunan bakteri tunggal atau sering bergerombol serupa tumpukan cerutu sehingga sering disebut packed of cigarette, atau merupakan kelompok padat sehingga tidak dapat dibedakan antara bakteri yang satu dengan yang lainnya, kadang-kadang terdapat granula.
Untuk mendiagnosa penyakit leprae, maka dilakukan pemeriksaan mikroskopis dari pewarnaan bakteri tahan asam, uji sitologi dari sel kulit yang terinfeksi dan tes kulit lepromin. Sampai saat ini belum dapat dilakukan pemeriksaan kultur terhadap M. leprae. Uji serologi non treponemal terhadap sifilis seperti VDRL dan RPR kadang-kadang menunjukan hasil positif palsu dari sampel penderita lepra.
Diagnosis penyakit kusta ditegakkan jika seseorang mempunyai satu atau lebih tanda utama (cardinal sign) kusta yang ditemukan pada waktu pemeriksaan klinis.
Cardinal Sign kusta dapat berupa bercak mati rasa, penebalan syaraf dengan gangguan fungsi syaraf serta BTA positif.

Bentuk-bentuk M. leprae yang dapat ditemukan dalam pemeriksaan mikroskopis adalah :
  1. Bentuk utuh (solid); dinding sel bakteri tidak terputus, mengambil zat warna secara sempurna. Jika terdapat daerah kosong/transparan ditengahnya juga dapat dikatakan solid
  2. Bentuk globus ; adalah bentuk solid yang membentuk kelompok, dapat dibagi 2, yaitu :
    1. Globus besar terdiri dari 200-300 bakteri
    2. Globus kecil terdiri dari 40-60 bakteri
  3. Bentuk pecah (fragmented); dinding bakteri biasanya terputus sebagian atau seluruhnya, tidak menyerap zat warna secara merata.
  4. Bentuk berbutir-butir (granuler); tampak seperti titik-titik yang tersusun
  5. Bentuk clump; adalah bentuk granuler yang membentuk kelompok tersendiri, biasanya llebih dari 500 bakteri
Sampel Pemeriksaan :
Sampel diambil pada bagian yang sedang terjadi infeksi aktif, yaitu :
  1. Risa serum (cairan jaringan), dapat diambil dari : cuping telinga, punggung, jari tangan, paha, atau bagian kulit yang terdapat kelainan.
  2. Cairan hidung
  3. Cairan telinga
  4. Darah
  5. Sputum
Cara pengambilan dan preparasi sampel
  1. Risa serum dari cuping telinga
a.      Bersihkan cuping telinga dengan kapas alcohol 70% atau 96%, biarkan kering. Jepit dengan jari telunjuk dan ibu jari keras-keras
b.      Lakukan insisi dengan scalpel sepanjang kira-kira 5mm dan dalamnya 2mm. bila ada pendarahan sebaiknya dibersihkan.
c.       Putar scalpel 90o dengan posisi melintang, scalpel ditarik keposisi semula sehingga didapat cairan jaringan.
d.      Bahan ini dioleskan merata pada kaca objek
e.      Luka bekas insisi dibersihkan dan ditutup plester, scalpel dimasukan kedalam desinfektan.
 
Pengecatan Ziehl-neelsen : Sampel yang diperoleh diapus ke kaca obyek. Dikeringkan Kemudian difiksasi melewati nyala api sebanyak 3 kali. Kaca obyek yang telah difiksasi diletakkan di atas rak pewarnaan. Pertama-tama, karbol fuchsin diteteskan hingga menutupi apusan. Pada kondisi tersebut, api dilewatkan berkali-kali di bawah kaca obyek hingga keluar uap. Pemanasan dihentikan pada saat uap tersebut keluar dan didiamkan selama 5 menit. Apusan kemudian dicuci dengan air mengalir dan kelebihan air dibuang dengan cara memiringkan kaca obyek. Selanjutnya, larutan asam alkohol 3% diteteskan hingga warna menjadi pucat dan kemudian dicuci dengan air mengalir. Setelah itu dilakukan pewarnaan dengan methylene bluemdan dibiarkan selama 10 – 20 detik, dicuci dengan air dan dibiarkan kering di udara.
Interpretasi hasil : BTA : warna merah dan Non BTA : warna biru

Pembacaan hasil dilakukan dengan menggunakan skala IUATLD sebagai berikut :
• Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang : Negatif
• Ditemukan 1-9 BTA/ 100 lapangan pandang : Ditulis jumlah kuman yang ditemukan.
• Ditemukan 10-99 BTA/ 100 lapangan pandang : + (1+)
• Ditemukan 1-10 BTA/ 1 lapangan pandang : ++ (2+)
• Ditemukan > 10 BTA/ 1 lapangan pandang : +++ (3+)

Sumber :
Buku Panduan Bakteriologi Analis Kesehatan Pontianak oleh Ari Nuswantoro dkk.
http://analiskesehatanmakassar.blogspot.com
http://rudi19.wordpress.com/2009/01/24/prosedur-pewarnaan-ziehl-nielsen/


Semoga Bermanfaat ^_^..

6 komentar:

  1. sukenya punya blog kayak gini, jadi gampang cari tugas .... salam analis .....

    BalasHapus
  2. wah, ada tamu dari FK Universitas Islam Indonesia Yogyakarta..
    terima kasih telah mampir.. salam hangat dari kami..

    BalasHapus
  3. Saya Analis diPoltekkes Kemenkes Kaltim, tepatnya disamarinda, trima kasih untuk infonya, sangat bermanfaat sekali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih juga, salam hangat buat analis di Poltekkes Kemenkes Samarinda..

      Hapus

komentar anda sangat berpengaruh dalam kemajuan blog ini..
jadi mohon komentarnya, no spam, no porn..
silahkan untuk menampilkan nama sebelum komentar..