Selamat Datang di Blog Analis Kesehatan Pontianak, Semoga Blog kami bermanfaat bagi Anda. Jangan Lupa untuk meninggalkan komentar untuk kemajuan blog kami, terima kasih!

9 Maret 2010

helmintologi

Parasitologi mengenai helmintologi (berupa cacing) yang dispesifikasikan pada Toxocara canis dan Toxocara cati merupakan bahasan yang akan kami uraikan selanjutnya. Kegiatan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Parasitologi, yang menjadi pembelajaran bagi kami agar bertambahnya wawasan kami mengenai kesehatan, terutama pada kesehatan manusia.
Kesehatan manusia semakin hari semakin dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang kompleks. Berbagai macam penyakit yang diderita semakin beragam. Salah satunya penyakit yang ditimbulkan oleh parasit berupa cacing yang dipelajari dalam Helmintologi (ilmu yang mempelajari parasit berupa cacing), yang tentunya sangat beraneka ragam.

Hampir disetiap ruang dalam dunia ini dihidupi oleh mikroorganisme jenis ini. Mereka dapat masuk ke dalam tubuh manusia dengan berbagai macam cara, melalui makanan, kebersihan lingkungan yang tidak terjaga, udara, dan banyak lagi cara yang tentunya sangat berhubungan dengan perilaku manusia itu sendiri.

Beragam jenis cacing dapat menyebabkan angka prevalensi yang sangat tinggi, dengan berbagai jenis penyakit yang ditimbulkannya. Dalam bahasan ini, kami akan menguraikan jenis cacing Toxocara canis dan Toxocara cati yang kami kaitkan dengan kesehatan pada manusia.

Sehingga timbul, pertanyaan “ Bagaimana hubungan jenis cacing Toxocara canis dan Toxocara cati terkait pada kehidupannya dengan kahidupan manusia”

Dari pembahasan yang kami uraikan, maka tujuan kami menyusun makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Diketahuinya klasifikasi terhadap jenis cacing Toxocara canis dan Toxocara cati,
2. Apa nama penyakit yang ditimbulkannya,
3. Bagaimana kaitannya dengan hospes, morfologi dan daur hidupnya,
4. Apa kaitannya dengan epidemiologi kesehatan,
5. Bagaimana patologi dan gejala klinisnya, serta
6. Bagaimana pencegahan dan pengobatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia yang terinfeksi.

Dalam penyusunan suatu makalah, tentunya banyak manfaat yang di peroleh, di antaranya sebagai berikut:

1. Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang kesehatan yang kami dapat salah satunya melalui mata kuliah parasitologi kesehatan.
2. Sebagai latihan dalam penyusunan pangumpulan data atau laporan penelitian agar penulis lebih terampil dalam pengolahan kata dan hasil yang di dapat bisa lebih maksimal dari laporan sebelumnya.

Semoga hasil yang di dapat menjadi pembelajaran yang positif bagi kita semua dan dapat menjadi sebuah motivasi dalam meningkatkan prestasi untuk masa depan.

II. TEORI dan FAKTA

1. Klasifikasi Hewan

Dalam istilah parasitologi ada pokok bahasan yang dinamakan helmintologi, yaitu pokok bahasan yang mempelajari tentang parasit berupa cacing. Berdasarkan taksonomi, cacing dibagi ke dalam dua kelompok, di antaranya:
1. NEMATHELMINTHES ( cacing gilik)
2. PLATYHELMINTHES ( cacing pipih).

Dalam bahasan ini kami mengulas tentang cacing Toxocara canis dan Toxocara cati yang termasuk ke dalam NEMATHELMINTHES atau kelas NEMATODA, yang mempunyai ciri-ciri berbentuk bulat memanjang dan pada potongan transversal tampak rongga badan dan alat-alat. Cacing jenis ini mempunyai alat kelamin terpisah.

Dalam Parasitologi Kedokteran nematoda dibagi ke dalam dua bagian, yaitu nematoda usus yang hidup di rongga usus dan nematoda jaringan yang hidup di jaringan berbagai alat tubuh.

2. Morfologi

Toxocara canis berjenis kelamin jantan mempunyai ukuran panjang yang bervariasi antara 3,6 - 8,5 cm, sedangkan Toxocara canis betina mempunyai ukuran antara 5,6 -10 cm.
Toxocara cati berjenis kelamin jantan berukuran antara 2,5 – 7,8 cm sedangkan Toxocara cati betina berukuran 2,5 – 14 cm. Bentuk hewan ini menyerupai Ascaris lumbricoides muda. Pada Toxocara canis terdapat sayap servikal yang berbentuk seperti lanset, sedangkan pada Toxocara cati berbentuk sayap yang lebih lebar, sehingga kepalanya menyerupai kepala ular kobra. Bentuk ekor Toxocara canis dan Toxocara cati hampir sama, untuk yang berjenis kelamin jantan ekornya berbentuk seperti tangan dan dengan jari yang sedang menunjuk (digitiform), sedangkan untuk yang berjenis kelamin betina bentuk ekornya bulat meruncing.

Toxocara Canis Toxocara Cati

3. Daur Hidup (Siklus Hidup)
Siklus hidup Toxocara canis dan Toxocara cati pada anjing atau kucing serupa dengan siklus askariasis pada manusia..

Siklus hidup Toxocara cati

Sebagian besar cacing gelang mempunyai siklus hidup yang mirip. Kebanyakan telur cacing menetas dalam waktu dua minggu. Obat cacing membasmi cacing dengan cara merusak sistem syaraf cacing. Obat cacing tidak bisa membasmi telur cacing karena telur tidak mempunyai sistem syaraf. Oleh karena itu pemberian obat cacing harus diulang 2 minggu kemudian agar cacing yang berasal dari telur yang baru menetas dapat segera dibasmi dengan tuntas.

Cacing Toxocara canis, hidup di tanah, lumpur, pasir dan tempat-tempat kotor. Varian lain diantaranya: Toxocara cati, Toxocara vitulorum, Toxocara pteropodis, Toxocara malayasiensis dll. Cacing ini daur hidupnya terutama melalui anjing, kucing dan dilaporkan bisa melalui herbivora.

4. Epidemiologi

1. Di Indonesia angka prevalensi tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 1-7 tahun, di Jakarta prevalensi pada anjing 38,3% dan pada kucing 26 %.
2. Mereka lebih sering menghabiskan waktu bermainnya di rerumputan, duduk di pasir, yang merupakan tempat dimana cacing jenis ini berada.
3. Pada remaja, biasanya terjadi pada mereka yang memiliki kegiatan yang aktif, misalnya, silat (berguling-guling di rerumputan, tanah, dsb), ataupun kegiatan yang berhubungan dengan tanah atau lapangan kotor.
4. Pada usia dewasa juga bisa terjadi pada mereka yang melakukan kegiatan kerja bakti membersihkan parit, halaman, pengangkut pasir, dsb.
5. Tanah, lapangan, rumput yang terkontaminasi oleh cacing ini sangat mendukung cacing jenis ini untuk tinggal dan berkembang biak.

5. Hospes
Hospes atau inang dari cacing Toxocara adalah anjing (T. canis) dan kucing (T. cati). Pada manusia, cacing ini dapat hidup sebagai parasit dan disebut parasit pengembara, menyebabkan penyakit yang disebut visceral larva migrans (pengembaraan larva di jaringan tubuh). Penyakit ini bersifat kosmopolit, ditemukan juga di Indonesia.
Untuk anjing dan kucing terinfeksi melalui migrasi transplacenta dan migrasi trans mammaria. Telur cacing dapat ditemukan pada kotoran pada saat anak anjing dan anak kucing sudah berusia 3 minggu. Infeksi pada anjing betina bisa berakhir dengan sendirinya atau tetap (dormant) pada saat anjing menjadi dewasa. Pada saat anjing bunting larva T. canis menjadi aktif dan menginfeksi fetus melalui placenta dan menginfeksi anak mereka yang baru lahir melalui susu mereka.

Pada kucing, kucing jantan dan kucing betina sama-sama rentan terhadap infeksi, tidak ada perbedaan nyata; namun kucing dewasa lebih rentan daripada kucing yang lebih muda.

6. Nama Penyakit
Toksokariasis (Visceral Larva Migrans) adalah suatu infeksi yang terjadi akibat penyerbuan larva cacing gelang ke organ tubuh manusia. Toksokariosis bisa disebabkan oleh Toxocara canis ataupun Toxocara cati.

Telur parasit berkembang di dalam tanah yang terkontaminasi oleh kotoran anjing dan kucing yang terinfeksi . Telur bisa ditularkan secara langsung ke dalam mulut jika anak-anak bermain di atas tanah tersebut.

Setelah tertelan, telur menetas di dalam usus. Larva menembus dinding usus dan menyebar melalui pembuluh darah. Hampir setiap jaringan tubuh bisa terkena , terutama otak, mata, hati, paru-paru, dan jantung. Larva bertahan hidup selama beebrapa bulan, menyebabkan kerusakan dengan cara berpindah ke dalam jaringan dan menimbulkan peradangan di sekitarnya.

Telur Toxocara canis

III. PEMBAHASAN

1. Patologi dan Gejala Klinis

Pada manusia larva cacing tidak menjadi dewasa dan mengembara di alat-alat dalam, khususnya di hati. Penyakit yang di sebabkan larva yang mengembara ini disebut visceral larva migrans, dengan gejala eosinofilia, demam dan hepatomegali. Visceral larva migrans dapat juga di sebabkan oleh Nematoda lain.

Infeksi kronis biasanya ringan terutama menyerang anak-anak, yang belakangan ini cenderung juga menyerang orang dewasa, disebabkan oleh migrasi larva dari Toxocara dalam organ atau jaringan tubuh.

Gejala klinis ditandai dengan eosinofilia yang lamanya bervariasi, hepatomegali, hiperalbuminemia, gejala paru dan demam. Serangan akut dan berat dapat terjadi, dalam keadaan ini lekosit dapat mencapai 100,000/mm3 atau lebih (dengan unit SI lebih dari 100 x109/l), dengan 50 – 90% terdiri dari eosinofil. Gejala klinis bisa berlangsung sampai satu tahun atau lebih. Bisa timbul gejala pneumonitis, sakit perut kronis, ruam seluruh tubuh dan bisa juga timbul gejala neurologis karena terjadi kelainan fokal.

Bisa juga tejadi endoftalmitis oleh karena larva masuk ke dalam bola mata, hal ini biasanya terjadi pada anak yang agak besar, berakibat turunnya visus pada mata yang terkena. Kelainan yang terjadi pada retina harus dibedakan dengan retinoblastoma atau adanya massa lain pada retina. Penyakit ini biasanya tidak fatal. Pemeriksaan Elisa dengan menggunakan antigen stadium larva sensitivitasnya 75 – 90% pada visceral larva migrans (VLM) dan pada infeksi bola mata. Prosedur western blotting dapat dipakai untuk meningkatkan spesifisitas dari skrining menggunakan Elisa.

2. Cara-cara Penularan

Kebanyakan infeksi yang terjadi pada anak-anak adalah secara langsung atau tidak langsung karena menelan telur Toxocara yang infektif. Secara tidak langsung melalui makanan seperti sayur sayuran yang tercemar atau secara langsung melalui tanah yang tercemar dengan perantaraan tangan yang kotor masuk kedalam mulut.

Sebagian infeksi terjadi karena menelan larva yang ada pada hati ayam mentah, atau hati sapi dan biri biri mentah. Telur dikeluarkan melalui kotoran anjing dan kucing.

Telur memerlukan waktu selama 1 – 3 minggu untuk menjadi infektif dan tetap hidup serta infektif selama beberapa bulan; dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang kering.

Telur setelah tertelan, embrio akan keluar dari telur didalam intestinum; larva kemudian akan menembus dinding usus dan migrasi kedalam hati dan jaringn lain melalui saluran limfe dan sistem sirkulasi lainnya. Dari hati larva akan menyebar ke jaringan lain terutama ke paru-paru dan organ-organ didalam abdomen (visceral larva migrans), atau bola mata (Ocular larva migrans), dan migrasi larva ini dapat merusak jaringan dan membentuk lesi granulomatosa.

Parasit tidak dapat melakukan replikasi pada manusia dan pada hospes paratenic/endstage lain; namun larva dapat tetap hidup dan bertahan dalam jaringan selama bertahun-tahun, terutama pada keadaan penyakit yang asymptomatic. Jika jaringan hospes paratenic dimakan maka larva yang ada pada jaringan tersebut akan menjadi infektif terhadap hospes yang baru.

3. Masa Inkubasi

Masa inkubasi pada anak-anak berlangsung dalam beberapa minggu dan beberapa bulan dan sangat tergantung pada intensitas infeksi, terjadinya reinfeksi dan sensitivitas penderita. Gejala okuler muncul 4 – 10 tahun setelah terjadinya infeksi awal. Masa inkubasi dari infeksi yang diperoleh karena mengkonsumsi hati mentah sangat cepat (beberapa jam sampai beberapa hari).

4. Gejala

Toksokariasis biasanya menyebabkan infeksi yang relatif ringan pada anak-anak usia 2-4 tahun, tetapi juga bisa mengenai anak-anak yang lebih tua dan dewasa.

Gejalanya dimulai dalam beberapa minggu setelah terinfeksi atai bisa tertundan sampai beberapa bulan, tergantung seringnya pameparan dan kepekaan seseorang terhadap larva.

Yang pertama timbul adalah demam, batuk, atau bunyi nafas mengi dan pembesaran hati. Beberapa penderita mengalami ruam-ruam di kulit, pembesaran limpa dan pneumonia yang hilang-timbul.

Anak-anak yang lebih besar cenderung tidak menunjukkan gejala atau gejalanya ringan, tapi mereka bisa mengalami luka di mata yang mengakibatkan gangguan penglihatan dan bisa dikelirukan dengan suatu tumor ganas di mata.

5. Diagnosa Penyakit

Cara diagnosis toksokariasis sulit karena cacing ini tidak menjadi dewasa, maka dari itu harus dilakukan tes immunologis atau biopsi jaringan.
Diduga terserang suatu toksokariasis, bila pada seseorang ditemukan

- kadar eosinofil yang tinggi (eosinofil adalah sejenis sel darah putih)
- pembesaran hati
- peradangan paru-paru
- demam
- kadar antibodi yang tinggi dalam darah.

6. Cara Pencegahan

1). Berikan penyuluhan kepada masyarakat, terutama kepada pemilik binatang peliharaan tentang bahaya dari kebiasaan pica (menggigit, menjilat benda-benda) yang terpajan daerah yang tercemar oleh kotoran hewan peliharaan. Juga dijelaskan tentang bahaya mengkonsumsi hati mentah hewan yang terpajan dengan anjing dan kucing. Orang tua dan anak-anak diberitahu tentang risiko kontak dengan binatang peliharaan seperti anjing dan kucing dan bagaimana cara mengurangi risiko tersebut.

2). Hindari terjadinya kontaminasi tanah dan pekarangan tempat anak-anak bermain dari kotoran anjing dan kucing, terutama didaerah perkotaan dikompleks perumahan. Ingatkan para pemilik anjing dan kucing agar bertanggung jawab menjaga kesehatan binatang peliharaannya termasuk membersihkan kotorannya dan membuang pada tempatnya dari tempat-tempat umum. Lakukan pengawasan dan pemberantasan anjing dan kucing liar.

3). Bersihkan tempat-tempat bermain anak-anak dari kotoran anjing dan kucing. Sandboxes (kotak berisi pasir) tempat bermain anak-anak merupakan tempat yang baik bagi kucing untuk membuang kotoran; tutuplah jika tidak digunakan.

4). Berikan obat cacing kepada anjing dan kucing mulai dari usia tiga minggu, diulangi sebanyak tiga kali berturut-turut dengan interval 2 minggu dan diulang setiap 6 bulan sekali. Begitu juga binatang piaraan yang sedang menyusui anaknya diberikan obat cacing. Kotoran hewan baik yang diobati maupun yang tidak hendaknya dibuang dengan cara yang saniter.

5) Biasakan mencuci tangan dengan sabun setelah memegang tanah atau sebelum makan.

6). Ajarkan kepada anak-anak untuk tidak memasukan barang-barang kotor kedalam mulut mereka.

7. Pengobatan

Sebelum tahun 1960-an, pengobatan cutaneous larva migrans menggunakan Chlorethyl, obat anastesi semprot dingin (biasa juga dipakai di persepakbolaan).

Ternyata obat semprot tersebut hanya menghambat, tidak membunuh cacing. Perlu diketahui, cacing Toxocara canis terhambat pada suhu di bawah 10 derajat cecius, tetapi tidak mati, dan baru bisa mati pada suhu minus 15 derajat celcius. Itulah mengapa disemprot Chlorethyl tak kunjung sembuh.
Obat yang dianjurkan antara lain:

Obat cacing:
Obat pilihan adalah: thiabendazole, ivermectin dan albendazole, sedangkan obat lainnya Mebendazole.
Thiabendazole
Dosis: 25-50 mg/kg berat badan/hari, diberikan 2 kali sehari selama 2-5 hari. Tidak diperkenankan melebihi 3 gram perhari.
Dapat juga diberikan secara topikal (obat luar) 10-15% dalam larutan.
Albendazole. ( pilih yang ini )
Dosis dewasa dan anak di atas 2 tahun: 400 mg perhari, dosis tunggal, selama 3 hari atau 200 mg dua kali sehari selama 5 hari.
Dosis anak kurang dari 2 tahun: 200 mg perhari selama 3 hari.
Atau 10-15 mg per kg berat badan, 4 kali perhari selama 3-5 hari.Jining Wang, MD, February 28, 2006
Mebendazole
Dosis dewasa dan anak di atas 2 tahun: 100-200 mg dua kali sehari, selama 4 hari .
Anak kurang dari 2 tahun: tidak dianjurkan
Anti alergi, untuk mengurangi alergi lokal, misalnya menggunakan hidrokortison cream atau sejenisnya.
Antibiotika, diberikan bila ada infeksi sekunder (bernanah).
VI. KESIMPULAN

Dari pembahasan kami di atas mengenai parasit, yaitu berupa hewan cacing, setelah kami membahas parasit Toxocara canis dan Toxocara cati, maka beberapa kesimpulan dapat kami sampaikan, diantaranya sebagai berikut:

1. Cacing Toxocara canis dan Toxocara cati termasuk ke dalam klasifikasi NEMATHELMINTHES (cacing gilik) dan termasuk ke dalam kelas NEMATODA, yang memiliki bentuk bulat memanjang dan pada potongan tranvsversal tampak rongga badan yang terlihat, dan memiliki alat kelamin terpisah.

2. Nama penyakit yang di sebabkan oleh jenis cacing ini adalah Toxokariasis (visceral larva migrans), karena cacing ini dapat hidup pada manusia sebagai parasit yang mengembara (erratic parasite) sehingga timbullah penyakit visceral larva migrans.
3. Hospes atau inang dari cacing Toxocara adalah anjing (T. canis) dan kucing (T. cati). Pada manusia, cacing ini dapat hidup sebagai parasit dan disebut parasit pengembara, menyebabkan penyakit yang disebut visceral larva migrans (pengembaraan larva di jaringan tubuh). Penyakit ini bersifat kosmopolit.
Daur hidup cacing Toxocara canis, hidup di tanah, lumpur, pasir dan tempat-tempat kotor. Varian lain diantaranya: Toxocara cati, Toxocara vitulorum, Toxocara pteropodis, Toxocara malayasiensis dll. Cacing ini daur hidupnya terutama melalui anjing, kucing dan dilaporkan bisa melalui herbivora.

Sedangkan morfologi Toxocara canis jantan berukuran panjang antara 3,6 – 8,5 cm untuk betina 5,7 – 10 cm. Untuk Toxocara cati jantan berukuran antara 2, 5 – 7,8 cm, untuk betina antara 2,5 – 14 cm, dengan bentuk yang mirip dengan Ascaris lumbriciodes. Pada Toxocara canis terdapat sayap servikal yang berbentuk seperti lanset, sedangkan pada Toxocara cati bentuk sayap lebih lebar, dan kepalanya menyerupai ular kobra.
Bentuk ekor yang dimiliki hampir sama, yang jantan berbentuk seperti tangan dengan jari yang sedang menunjuk (digitiform), sedangkan betina ekornya bulat meruncing.

4. Epidemiologi yang terjadi :
? Angka prevalensi pada anak-anak yang berusia 1-7 tahun sangat tinggi
? Lingkungan yang terkontaminasi oleh kotoran anjing atau kucing yang kurang terperhatikan kebersihannya.
? Tanah, pasir , lapangan, rumput yang terkontaminasi oleh kotoran anjing dan kucing sangat senang didiami oleh Toxocara canis dan Toxocara cati.

5. Patologi dan gejala klinis di sebabkan larva yang mengembara ini disebut visceral larva migrans, dengan gejala eosinofilia, demam dan hepatomegali. Visceral larva migrans dapat juga di sebabkan oleh Nematoda lain.

Gejala klinis ditandai dengan eosinofilia yang lamanya bervariasi, hepatomegali, hiperalbuminemia, gejala paru dan demam. Serangan akut dan berat dapat terjadi, dalam keadaan ini lekosit dapat mencapai 100,000/mm3 atau lebih (dengan unit SI lebih dari 100 x109/l), dengan 50 – 90% terdiri dari eosinofil. Gejala klinis bisa berlangsung sampai satu tahun atau lebih. Bisa timbul gejala pneumonitis, sakit perut kronis, ruam seluruh tubuh dan bisa juga timbul gejala neurologis karena terjadi kelainan fokal.

6. Pencegahan dan pengobatan
? Pencegahan :
1). Berikan penyuluhan kepada masyarakat, terutama kepada pemilik binatang peliharaan tentang bahaya dari kebiasaan pica (menggigit, menjilat benda-benda) yang terpajan daerah yang tercemar oleh kotoran hewan peliharaan.

2). Hindari terjadinya kontaminasi tanah dan pekarangan tempat anak-anak bermain dari kotoran anjing dan kucing, terutama didaerah perkotaan dikompleks perumahan.

3). Bersihkan tempat-tempat bermain anak-anak dari kotoran anjing dan kucing.

4). Berikan obat cacing kepada anjing dan kucing mulai dari usia tiga minggu, diulangi sebanyak tiga kali berturut-turut dengan interval 2 minggu dan diulang setiap 6 bulan sekali.

5) Biasakan mencuci tangan dengan sabun setelah memegang tanah atau sebelum makan.

6). Ajarkan kepada anak-anak untuk tidak memasukan barang-barang kotor kedalam mulut mereka.

? Pengobatan:
Pengobatan cutaneous larva migrans menggunakan Chlorethyl, obat anastesi semprot dingin. Dan diantara obat yang dianjurkan antara lain:

- Obat cacing: Obat pilihan adalah: thiabendazole, ivermectin dan albendazole, sedangkan obat lainnya Mebendazole.
- Thiabendazole
- Albendazole.
- Mebendazole
- Anti alergi
- Antibiotika

V. SARAN

1. Selalu menjaga kebersihan lingkungan, terutama pada lingkungan yang banyak ditinggali oleh hewan berupa anjing dan kucing, karena hewan tersebut yang dapat menyebabkan penyakit Toksokariasis.

2. Awasi dan perhatikanlah kebersihan anak-anak yang gemar bermain di area tanah, rerumputan, lapangan, dan area dimana cacing Toxocara canis dan Toxocara cati dapat tumbuh dengan baik.

3. Segera lakukan penanganan yang tepat jika seandainya ada anak yang terinfeksi cacing jenis ini, segera lakukan penanganan medis.

4. Sebaiknya bagi yang memiliki hewan peliharaan jenis anjing dan kucing, agar diperhatikan juga kebersihannya, tempat makan, tempat buang air, dsb, sehingga suklit bagi cacing untuk berkembang dengan baik.

5. Selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun, agar kuman-kuman dan sejenis cacing tidak dapat menyerang tubuh kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar anda sangat berpengaruh dalam kemajuan blog ini..
jadi mohon komentarnya, no spam, no porn..
silahkan untuk menampilkan nama sebelum komentar..