Sekilas
tentang kusta/lepra, Sebagian orang menganggap, “kusta/lepra itu adalah
penyakit kutukan atau adanya guna-guna ilmu gaib, sehingga penderita diasingkan
dihutan”. Tetapi itu salah, disini akan dibahas tentang Lepra dan Bakteri
penyebabnya.
Prinsip :
Diambil risa serum atau bagian lesi yang aktif dari pasien terduga lepra
kemudian dilakukan pewarnaan tahan asam untuk melihat adanya bakteri tahan asam
dengan bentuk solid, globus, fragmented, granular atau clump.
Tinjauan
pustaka: lepra atau leprosy (Hansen’s disease) adalah penyakit tua, dikenal
sejak jaman Vedas (1400 SM) di India. Bakteri ini ditemukan oleh Hansen pada
1873 (9 tahun sebelum Robert Kohc menemukan basil tuberculosis) sehingga
Mycobacterium leprae juga disebut Morbus Hansen.
Lepra termasuk
penyakit infeksi yang menyerang kulit, syaraf tepid an membrane mukosa.
Penyakit ini ditandai dengan lesi, hipopigmentasi dan kehilangan rasa
(anesthesia) di bagian yang terang dari kulit yang terinfeksi.
Penularan
penyakit lepra tidaklah mudah, bakteri menjalar ke orang sehat melalui kontak
yang sering lewat kulit, membrane mukosa dan penetrasi luka.
Cara Penularan :
-
manusia merupakan satu-satunya sumber
penularan.
-
Penularan terjadi dari penderita kusta yang
tidak diobati ke orang lain melalui pernafasan atau kontak kulit yang lama.
Mycobacterium
leprae merupakan pathogen intrasel obligat sehingga belum dapat dibiakkan
invitro (media tak hidup). Bakteri sering ditemukan pada sel endothelial
pembuluh darah atau sel mononuclear (makrofag) sebagai lingkungan yang baik
untuk bertahan hidup dan perkembangbiakan. Perkiraan waktu bagi bakteri ini
bereplikasi adalah 10-12 hari.
Basil lepra
ini tahan terhadap degradasi intraseluler oleh makrofag, mungkin karena
kemampuannya keluar dari fagosom ke sitoplasma makrofag dan berakumulasi hingga
mencapai 1010 basil/gram jaringan pada kasus lepratype lepromatus.
Kerusakan syaraf perifer yang terjadi merupakan sebuah respon dari system imun
Karena adanya basil ini sebagai antigen. Pada lepra type tuberkuloid, terjadi
granuloma yang sembuh dengan sendirinya bersifar berisi sedikit basil tahan
asam.
Bakteri
mycobacterium leprae berbentuk batang, langsing atau sedikit membengkok dengan
kedua ujung bakteri tumpul, tidak bergerak, tidak memiliki spora dan tidak
berselubung. Sel-sel panjang, ada kecenderungan untuk bercabang. Berukuran 1-7
x 0,2-0,5µm, bersifat gram positif, tahan asam, letak susunan bakteri tunggal
atau sering bergerombol serupa tumpukan cerutu sehingga sering disebut packed
of cigarette, atau merupakan kelompok padat sehingga tidak dapat dibedakan
antara bakteri yang satu dengan yang lainnya, kadang-kadang terdapat granula.
Untuk
mendiagnosa penyakit leprae, maka dilakukan pemeriksaan mikroskopis dari
pewarnaan bakteri tahan asam, uji sitologi dari sel kulit yang terinfeksi dan
tes kulit lepromin. Sampai saat ini belum dapat dilakukan pemeriksaan kultur
terhadap M. leprae. Uji serologi non treponemal terhadap sifilis seperti VDRL
dan RPR kadang-kadang menunjukan hasil positif palsu dari sampel penderita lepra.
Diagnosis penyakit kusta
ditegakkan jika seseorang mempunyai satu atau lebih tanda utama (cardinal sign)
kusta yang ditemukan pada waktu pemeriksaan klinis.
Cardinal Sign
kusta dapat berupa bercak mati rasa, penebalan syaraf dengan gangguan fungsi
syaraf serta BTA positif.
Bentuk-bentuk
M. leprae yang dapat ditemukan dalam pemeriksaan mikroskopis adalah :
- Bentuk utuh (solid); dinding sel bakteri tidak terputus, mengambil
zat warna secara sempurna. Jika terdapat daerah kosong/transparan
ditengahnya juga dapat dikatakan solid
- Bentuk globus ; adalah bentuk solid yang membentuk kelompok, dapat
dibagi 2, yaitu :
- Globus besar terdiri dari 200-300 bakteri
- Globus kecil terdiri dari 40-60 bakteri
- Bentuk pecah (fragmented); dinding bakteri biasanya terputus sebagian
atau seluruhnya, tidak menyerap zat warna secara merata.
- Bentuk berbutir-butir (granuler); tampak seperti titik-titik yang
tersusun
- Bentuk clump; adalah bentuk granuler yang membentuk kelompok
tersendiri, biasanya llebih dari 500 bakteri
Sampel Pemeriksaan
:
Sampel diambil
pada bagian yang sedang terjadi infeksi aktif, yaitu :
- Risa serum (cairan jaringan), dapat diambil dari : cuping telinga,
punggung, jari tangan, paha, atau bagian kulit yang terdapat kelainan.
- Cairan hidung
- Cairan telinga
- Darah
- Sputum
Cara pengambilan dan
preparasi sampel
- Risa serum dari cuping telinga
a.
Bersihkan cuping telinga dengan kapas alcohol 70% atau 96%, biarkan
kering. Jepit dengan jari telunjuk dan ibu jari keras-keras
b.
Lakukan insisi dengan scalpel sepanjang kira-kira 5mm dan dalamnya 2mm.
bila ada pendarahan sebaiknya dibersihkan.
c.
Putar scalpel 90o dengan posisi melintang, scalpel ditarik
keposisi semula sehingga didapat cairan jaringan.
d.
Bahan ini dioleskan merata pada kaca objek
e.
Luka bekas insisi dibersihkan dan ditutup plester, scalpel dimasukan
kedalam desinfektan.
Pengecatan
Ziehl-neelsen : Sampel yang diperoleh diapus ke kaca obyek. Dikeringkan
Kemudian difiksasi melewati nyala api sebanyak 3 kali. Kaca obyek yang telah
difiksasi diletakkan di atas rak pewarnaan. Pertama-tama, karbol fuchsin
diteteskan hingga menutupi apusan. Pada kondisi tersebut, api dilewatkan
berkali-kali di bawah kaca obyek hingga keluar uap. Pemanasan dihentikan pada
saat uap tersebut keluar dan didiamkan selama 5 menit. Apusan kemudian dicuci dengan
air mengalir dan kelebihan air dibuang dengan cara memiringkan kaca obyek.
Selanjutnya, larutan asam alkohol 3% diteteskan hingga warna menjadi pucat dan
kemudian dicuci dengan air mengalir. Setelah itu dilakukan pewarnaan dengan methylene
bluemdan dibiarkan selama 10 – 20 detik, dicuci dengan air dan dibiarkan kering
di udara.
Interpretasi hasil : BTA :
warna merah dan Non BTA : warna biru
Pembacaan hasil dilakukan
dengan menggunakan skala IUATLD sebagai berikut :
• Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang : Negatif
• Ditemukan 1-9 BTA/ 100 lapangan pandang : Ditulis jumlah kuman yang ditemukan.
• Ditemukan 10-99 BTA/ 100 lapangan pandang : + (1+)
• Ditemukan 1-10 BTA/ 1 lapangan pandang : ++ (2+)
• Ditemukan > 10 BTA/ 1 lapangan pandang : +++ (3+)
• Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang : Negatif
• Ditemukan 1-9 BTA/ 100 lapangan pandang : Ditulis jumlah kuman yang ditemukan.
• Ditemukan 10-99 BTA/ 100 lapangan pandang : + (1+)
• Ditemukan 1-10 BTA/ 1 lapangan pandang : ++ (2+)
• Ditemukan > 10 BTA/ 1 lapangan pandang : +++ (3+)
Sumber :
Buku Panduan Bakteriologi
Analis Kesehatan Pontianak oleh Ari Nuswantoro dkk.
http://analiskesehatanmakassar.blogspot.com
http://rudi19.wordpress.com/2009/01/24/prosedur-pewarnaan-ziehl-nielsen/
Semoga Bermanfaat ^_^..
Semoga Bermanfaat ^_^..
nice
BalasHapussukenya punya blog kayak gini, jadi gampang cari tugas .... salam analis .....
BalasHapussalam analis..:)
BalasHapuswah, ada tamu dari FK Universitas Islam Indonesia Yogyakarta..
BalasHapusterima kasih telah mampir.. salam hangat dari kami..
Saya Analis diPoltekkes Kemenkes Kaltim, tepatnya disamarinda, trima kasih untuk infonya, sangat bermanfaat sekali.
BalasHapusterima kasih juga, salam hangat buat analis di Poltekkes Kemenkes Samarinda..
Hapus