Selamat Datang di Blog Analis Kesehatan Pontianak, Semoga Blog kami bermanfaat bagi Anda. Jangan Lupa untuk meninggalkan komentar untuk kemajuan blog kami, terima kasih!

24 Februari 2011

Keton Urine

Badan keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang berlebihan. Badan keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohidrat (mis. diabetes mellitus yang tidak terkontrol), kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan, diet tidak seimbang : tinggi lemak – rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), atau gangguan mobilisasi glukosa, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar.

Urobilinogen Urine

Empedu, yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sejumlah besar urobilinogen berkurang di faeses, sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah; di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu, dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan oleh ginjal ke dalam urin.


Ekskresi urobilinogen ke dalam urine kira-kira 1-4 mg/24jam. Ekskresi mencapai kadar puncak antara jam 14.00 – 16.00, oleh karena itu dianjurkan pengambilan sampel dilakukan pada jam-jam tersebut.

Bilirubin Urine

Secara normal, bilirubin tidak dijumpai di urin. Bilirubin terbentuk dari penguraian hemoglobin dan ditranspor ke hati, tempat bilirubin berkonjugasi dan diekskresi dalam bentuk empedu. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) ini larut dalam air dan diekskresikan ke dalam urin jika terjadi peningkatan kadar di serum. Bilirubin tak terkonjugasi (bilirubin indirek) bersifat larut dalam lemak, sehingga tidak dapat diekskresikan ke dalam urin.


Prosedur
Uji bilirubinuria dapat menggunakan reaksi diazo (dengan tablet atau dipstick), atau uji Fouchet (Harison spot test) dengan feri klorida asam (FeCl2). Uji bilirubinuria dengan reaksi diazo banyak dipakai karena lebih praktis dan lebih sensitif. Di antara dua macam uji diazo, uji tablet (mis. tablet Ictotest) lebih sensitif daripada dipstick.
  1. Reaksi diazoKumpulkan spesimen urin pagi atau urin sewaktu/acak (random). Celupkan stik reagen (dipstick) atau tablet Ictotest. Tunggu 30 detik, lalu bandingkan warnanya dengan bagan warna pada botol reagen. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
  2. Uji FouchetKe dalam 12 ml urin, tambahkan 3 ml barium klorida dan 3 tetes ammonium sulfat jenuh. Centrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 3500 rpm. Buang supernatant, tambahkan 2 tetes larutan Fouchet pada endapan. Amati perubahan warna yang terjadi.Reaksi negatif jika tidak tampak perubahan warna. Reaksi positif jika terjadi perubahan warna : hijau atau biru.
Pengujian harus dilakukan dalam waktu 1 jam, dan urin harus dihindarkan dari pajanan sinar matahari (sinar ultraviolet) langsung agar bilirubin tidak teroksidasi menjadi biliverdin.


Nilai Rujukan

Normal : negatif (kurang dari 0.5mg/dl)


Masalah Klinis


Bilirubinuria (bilirubin dalam urin) mengindikasikan gangguan hati atau saluran empedu, seperti pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik. Urin yang mengadung bilirubin yang tinggi tampak berwarna kuning pekat, dan jika digoncang-goncangkan akan timbul busa.

Obat-obatan yang dapat menyebabkan bilirubinuria : Fenotiazin – klorpromazin (Thorazine), asetofenazin (Tindal), klorprotiksen (Taractan), fenazopiridin (Pyridium), klorzoksazon (Paraflex).


Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium
  1. Uji dengan reaksi Diazo
    • Reaksi negatif palsu terjadi bila urin mengandung banyak asam askorbat (vitamin C), kadar nitrit dalam urine meningkat, asam urat tinggi, serta bila bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin akibat spesimen urin terpajan sinar matahari (ultraviolet) langsung.
    • Hasil positif palsu dapat dijumpai pada pemakaian obat yang menyebabkan urine menjadi berwarna merah (lihat pengaruh obat
  2. Uji Fouchet
    • Reaksi negative palsu terjadi bila bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin akibat penundaan pemeriksaan.
    • Reaksi positif palsu oleh adanya metabolit aspirin, urobilin atau indikan, urobilinogen.

Pengumpulan Spesimen Urine

Hasil pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan informasi tentang ginjal dan saluran kemih, tetapi juga mengenai faal berbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pancreas, dsb. Namun, untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat, diperlukan specimen yang memenuhi syarat. Pemilihan jenis sampel urine, tehnik pengumpulan sampai dengan pemeriksaan harus dilakukan dengan prosedur yang benar.

Jenis sampel urine :

  • Urine sewaktu/urine acak (random)Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus.

waktu pendarahan

Waktu perdarahan (bleeding time, BT) adalah uji laboratorium untuk menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi. Masa perdarahan tergantung atas : ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit. Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada jaringan subendotel dan membentuk agregasi.

Prinsip pemeriksaan ini adalah menghitung lamanya perdarahan sejak terjadi luka kecil pada permukaan kulit dan dilakukan dalam kondisi yang standard. Ada 2 teknik yang dapat digunakan, yaitu teknik Ivy dan Duke. Kepekaan teknik Ivy lebih baik dengan nilai normal 1-6 menit. Teknik Duke nilai normal 1-8 menit. Teknik Ivy menggunakan lengan bawah untuk insisi merupakan teknik yang paling terkenal. Aspirin dan antiinflamasi dapat memperlama waktu perdarahan.

Hitung Trombosit


Trombosit adalah fragmen atau kepingan-kepingan tidak berinti dari sitoplasma megakariosit yang berukuran 1-4 mikron dan beredar dalam sirkulasi darah selama 10 hari. Gambaran mikroskopik dengan pewarnaan Wright – Giemsa, trombosit tampak sebagai sel kecil, tak berinti, bulat dengan sitoplasma berwarna biru-keabu-abuan pucat yang berisi granula merah-ungu yang tersebar merata.

Trombosit memiliki peran dalam sistem hemostasis, suatu mekanisme faali tubuh untuk melindungi diri terhadap kemungkinan perdarahan atau kehilangan darah. Fungsi utama trombosit adalah melindungi pembuluh darah terhadap kerusakan endotel akibat trauma-trauma kecil yang terjadi sehari-hari dan mengawali penyembuhan luka pada dinding pembuluh darah. Mereka membentuk sumbatan dengan jalan adhesi (perlekatan trombosit pada jaringan sub-endotel pada pembuluh darah yang luka) dan agregasi (perlekatan antar sel trombosit).

Analisa Mikroskopis Pada urine

Pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk mengamati sel dan benda berbentuk partikel lainnya. Banyak macam unsur mikroskopik dapat ditemukan baik yang ada kaitannya dengan infeksi (bakteri, virus) maupun yang bukan karena infeksi misalnya perdarahan, disfungsi endotel dan gagal ginjal.

Metode pemeriksaan mikroskopik sedimen urine lebih dianjurkan untuk dikerjakan dengan pengecatan Stenheimer-Malbin. Dengan pewarnaan ini, unsur-unsur mikroskopik yang sukar terlihat pada sediaan natif dapat terlihat jelas.


PROSEDUR

Sampel urin dihomogenkan dulu kemudian dipindahkan ke dalam tabung pemusing sebanyak 10 ml. Selanjutnya dipusingkan dengan kecepatan relatif rendah (sekitar 1500 - 2000 rpm) selama 5 menit. Tabung dibalik dengan cepat (decanting) untuk membuang supernatant sehingga tersisa endapan kira-kira 0,2-0,5 ml. Endapan diteteskan ke gelas obyek dan ditutup dengan coverglass. Jika hendak dicat dengan dengan pewarna Stenheimer-Malbin, tetesi endapan dengan 1-2 tetes cat tersebut, kemudian dikocok dan dituang ke obyek glass dan ditutup dengan coverglass, siap untuk diperiksa.

Penyakit Rematik

Semua keluhan pada sendi disebut rematik. Namun pada perkembangannya, penyakit atau gangguan pada otot, tulang dan syaraf juga dikategorikan ke dalam rematik. Kita menyebutnya encok.

Menurut dr. Handrawan Nadesul, terdapat berbagai jenis rematik, seperti rheumatoid arthritis, osteoarthritis, ankylosing spondylitis, pirai/gout, frozen shoulder, tennis elbow, dsb. Keluhannya hampir sama, yaitu nyeri, kaku di sendi, sampai tidak bisa melakukan aktifitas fisik secara normal. Rasa nyeri timbul akibat peradangan yang terjadi pada sendi, otot, tulang, atau syaraf.

Protein Urine

Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Dengan menggunakan spesimen urin acak (random) atau urin sewaktu, protein dalam urin dapat dideteksi menggunakan strip reagen (dipstick). Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria.

Penyakit Liver

Penyakit liver adalah penyakit yang mengenai organ hati. Hati dapat mengalami peradangan atau dinamakan hepatitis. Penyebabnya bermacam-macam, yaitu infeksi (paling sering), obat-obatan, minum alkohol, tercemar bahan kimia, racun aflatoxin dari kacang busuk atau bahan jamu yang sudah berjamur, sumbatan kandung empedu atau salurannya, kanker, perlemakan hati (fatty liver), atau karena komplikasi penyakit lain.

Beberapa penyakit ataupun gangguan metabolisme tubuh dapat menyebabkan komplikasi pada hati, di antaranya adalah diabetes mellitus, hiperlipidemia (kadar lemak dalam darah tinggi) dan obesitas (kegemukan). Kelainan tersebut menyebabkan gangguan dalam metabolisme lemak sehingga membebani kerja hati.

Glukosa Darah (Serum/Plasma)

Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin, glukagon, dan somatostatin.


Insulin dihasilkan oleh sel-sel β, mendominasi gambaran metabolik. Hormon ini mengatur pemakaian glukosa melalui banyak cara : meningkatkan pemasukan glukosa dan kalium ke dalam sebagian besar sel; merangsang sintesis glikogen di hati dan otot; mendorong perubahan glukosa menjadi asam-asam lemak dan trigliserida; dan meningkatkan sintesis protein, sebagian dari residu metabolisme glukosa. Secara keseluruhan, efek hormone ini adalah untuk mendorong penyimpanan energi dan meningkatkan pemakaian glukosa.

Kiat membaca Hasil Laboratorium Darah Part III

Postingan kali ini adalah bagian terakhir dari postingan-postingan terdahulu.


Pemeriksaan Darah Lengkap
Darah lengkap (Complete Blood Count/CBC) adalah pemeriksaan untuk menilai jumlah sel darah dan kadar hemoglobin. Saat ini pemeriksaan darah lengkap sudah menggunakan alat penghitung sel darah otomatis atau disebut haematology analyzer yang mampu menghitung sel-sel darah dengan waktu yang cepat dan akurat. Pemeriksaan darah ini juga sering disebut sebagai pemeriksaan darah rutin. Beberapa parameter yang diperiksa adalah :


Pemeriksaan Sel Darah Putih (Lekosit)
Jumlah sel darah putih (lekosit) atau White Blood Cell (WBC). Normalnya, jumlah lekosit dalam darah adalah 4,0 – 11,0 x10^3/mmk (millimeter kubik) darah. Lekosit yang tinggi dapat dijumpai pada infeksi bakterial, tumor, luka bakar, leukemia, dsb. Jumlah lekosit dapat menurun pada penyakit sumsum tulang (misalnya pada anemia aplastik, mielofibrosis, infiltrasi neoplasma, dsb), inveksi virus (demam berdarah dengue, campak, HIV, dsb), pengaruh obat-obatan (misalnya obat anti kanker), dan sebagainya.

Kiat membaca Hasil Laboratorium Darah Part II

Ketika menerima lembar hasil pemeriksaan laboratorium, seringkali orang bertanya-tanya, hasilnya bagaimana, normal atau tidak, ada penyakitnya atau tidak? Cara yang termudah adalah dengan melihat angka pada kolom hasil dan membandingkannya dengan nilai rujukan (reference range) atau nilai normal (normal range) yang biasanya disertakan dalam lembar hasil tersebut. Jika masih belum mengerti, tanyakan ke dokter, selain tahu hasilnya juga bisa berkonsultasi lebih lanjut.

Pada postingan ini saya akan melanjutkan postingan terdahulu. Semoga bermanfaat untuk Anda. Selamat membaca.

Protein
Protein adalah senyawa organik kompleks yang berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Protein diperlukan dalam (1) pembetukan dan perbaikan sel dan jaringan, (2) sintesis hormon, enzim, antibodi (kekebalan tubuh), (3) transport substansi khusus, (4) sistem koagulasi (pembekuan) darah, dan (4) pengaturan keseimbangan kadar asam basa dalam sel.
Protein kebanyakan disintesis di hati, yaitu albumin, globulin dan faktor-faktor pembekuan darah. mengukur jumlah dan jenis protein dalam darah. Pemeriksaan protein untuk mengetahui indeks kesehatan dan gizi seseorang. Jenis pemeriksaan protein yang umum dilakukan adalah protein total (protein secara keseluruhan), albumin dan globulin.


Lemak Darah
Lemak darah terdiri dari trigliserid dan kolesterol. Sedangkan kolesterol terdiri dari kolesterol HDL (High Density Lipopretein), kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) dan kolesterol VLDL (Very Low Density Lipopretein).

Semua lemak dalam menu makanan kita akan diolah menjadi trigliserid, asam lemak bebas, fosfolipid, dan kolesterol. Tiga unsur yang perlu diperhatikian sehubungan dengan kesehatan adalah asam lemak bebas, trigliserid, dan kolesterol.

Asam lemak bebas yang berlebihan di dalam darah akan diubah sebagai trigliserid. Sebagian trigliserid digunakan untuk pembentukan kolesterol. Jika trigliserid menumpuk dalam darah, dengan sendirinya kolesterol juga akan meninggi.

Dalam pemeriksaan laboratorium, lemak diperiksa sebagai kolesterol total (keseluruhan kolesterol), kolesterol HDL, kolesterol LDL dan trigliserid. Seseorang harus puasa setidaknya 10 jam sebelum diambil darahnya.

Kolesterol total sebaiknya kurang dari 200 mg/dl, kolesterol HDL > 40 mg/dl, kolesterol LDL

Faktor Risiko jantung
Protein C reaktif (C-Reactive Protein). Pemeriksaan CRP digunakan untuk menilai respon tubuh terhadap adanya peradangan. Sedangkan CRP sensitifitas tinggi atau hsCRP (high sensitive CRP) berguna dalam predicting penyakit pembuluh darah (vascular), serangan jantung atau stroke.

Homocysteine. Homocysteine adalah asam amino yang biasanya ditemukan dalam jumlah kecil di dalam darah. Lebih tinggi terkait dengan peningkatan risiko serangan jantung dan penyakit vascular lainnya. Homocysteine tinggi mungkin juga karena adanya kekurangan dari asam folat atau vitamin B12, karena turun temurun, usia tua, penyakit ginjal, atau obat tertentu. Laki-laki cenderung memiliki tingkat yang lebih tinggi.
Kadar homocysteine tinggi dapat dikurangi dengan lebih banyak makan sayur-sayuran hijau, sereal atau vitamin B-12.

Lipoprotein (a) atau Lp (a). Konsentrasi yang tinggi terkait dengan penyakit jantung koroner (PJK). Pada orang dengan diabetes dan tinggi Lp (a) ada peningkatan risiko penyakit asymptomatic koroner.


Thyroid
Thyroid adalah kalenjar yang terletak di leher right below the adam’s apple. Thyroid mengontrol kecepatan pembakaran energi, membangun energi tubuh, dan mengatur tingkat sensitivitas tubuh terhadap hormon2. Selain itu, thyroid juga menghasilkan hormon Thyroxine (T4), Triiodothyronine (T3) yang berperan dalam metabolisme dan pertumbuhan tubuh keseluruhan, dan thyroid juga memproduksi hormon kalsitonin (calcitonin) yang berperan dalam mengatur keseimbangan kalsium.
Pembentukan thyroxine (T4) dan triiodothyronine (T3) dikendalikan oleh hormon Thyroid Stimulating Hormone (TSH) atau juga disebut thyrotropin, suatu hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitary anterior.Pemeriksaan laboratorium terhadap thyroid terdiri atas T3 total, T4 total, T3 bebas (free T3), T4 bebas (free T4) dan TSH. Hasil pemeriksaan thyroid berguna untuk mengetahui aktifitas thyroid. Beberapa keadaan yang berhubungan dengan aktivitas kelenjar thyroid adalah : hyperthyroidisme/hyperactive thyroid, seperti pada penyakit graves dan hypothyroidisme/hypoactive thyroid, seperti pada congenital juvenilis, myxedema, dan goiter (gondok)


Hemoglobin Glikosilat atau Glikohemoglobin
Glycohemoglobin-A1 atau hemoglobin A1c (HbA1c) berguna untuk mengukur jumlah gula kimia yang menempel pada sel darah merah. Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah seseorang penderita diabetes terkontrol atau tidak selama 3 bulan.


Hormon
Insulin. Insulin diproduksi oleh pancreas, berfungsi dalam metabolisme gula dalam tubuh. Pada diabetes tipe 1 (turunan), kadar insulin kurang/rendah, karena itu tipe ini sangat bergantung pada insulin (insulin dependent diabetes). Sedangkan pada diabetes tipe 2 (didapat), kadar insulin tinggi tetapi fungsinya kurang bagus. Kadar insulin sangat bervariasi dari orang ke orang, tergantung individu yang sensitifitas atau resistensi terhadap insulin. Kadar insulin juga sangat bervariasi sesuai dengan saat terakhir makan terjadi.

C-peptide. Ini adalah fragmen melekat pada insulin (pro-insulin) saat diproduksi insulin dalam pankreas. Kadar C-peptide biasanya berkorelasi dengan kadar insulin, kecuali bila orang mendapat suntikan insulin. Ketika seorang pasien hypoglycemic (gula darah rendah), tes ini mungkin berguna untuk menentukan apakah kadar insulin yang tinggi karena pancreas berlebihan dalam melepas insulin, atau karena suntikan insulin.

Estradiol. Estradiol adalah hormon estrogen yang penting untuk menilai fungsi reproduksi. Pemeriksaan estradiol berguna untuk mengukur aktifitas ovarium. Kadar estradiol pada perempuan bervariasi sesuai dengan usia, dan apakah mereka yang memiliki siklus haid normal atau tidak. Kadar hormon ini juga berubah pada kehamilan, melahirkan atau penggunaan pil KB.

Kiat membaca Hasil Laboratorium Darah Part I

Pemeriksaan laboratorium bermanfaat untuk mengevaluasi status kesehatan individu. Adalah penting untuk menyadari bahwa mungkin hasil laboratorium berada di luar apa yang disebut "rentang normal (normal range)". Variasi hasil pemeriksaan laboratorium ini mungkin karena hal-hal seperti ras, pengaruh diet, umur, jenis kelamin, siklus haid, tingkat aktivitas fisik, masalah terkait dengan pengumpulan dan/atau penanganan bahan pemeriksaan, obat-obatan non-resep (aspirin, obat demam, vitamin, dll), obat-obatan resep, asupan alkohol dan sejumlah faktor yang tidak terkait dengan penyakit. Apapun hasil yang tidak biasa atau abnormal harus didiskusikan dengan dokter Anda. Hal ini penting untuk mempelajari lebih lanjut masalah dalam tubuh Anda serta untuk menetapkan tindakan awal yang diperlukan.

Setiap laboratorium menetapkan rentang normal atas hasil pemeriksaan. Rentang normal ini mungkin saja berbeda-beda untuk tiap laboratorium (meskipun tidak secara signifikan), tergantung dari metode uji dan pereaksi yang digunakan. Untuk mengetahui apakah hasil pemeriksaan laboratorium Anda normal atau tidak, perhatikan lembar hasil laboratorium. Umumnya, hasil laboratorium memuat : (1) nama/jenis pemeriksaan, (2) hasil pemeriksaan (berupa angka, simbol/lambang atau kata), (3) nilai normal (normal range) atau nilai rujukan (reference range), dan (4) satuan (misalnya mg/dl, mmol/l, %, fL, dsb). Jika hasil pemeriksaan Anda berada di luar nilai normal, maka Anda perlu berkonsultasi dengan dokter.

Glukosa darah
Ini adalah uji untuk mengetahui tingkat/kadar gula dalam darah. Beberapa pemeriksaan glukosa darah, yaitu glukosa sewaktu (random), glukosa puasa, glukosa 2 jam post prandial (setelah makan). Glukosa sewaktu (random) adalah uji glukosa darah yang dapat dilakukan sewaktu-waktu tanpa harus puasa terlebih dulu. Tes glukosa puasa dilakukan setelah puasa selama 8-10 jam, glukosa 2 jam PP dilakukan dua jam setelah makan. Uji glukosa puasa dan 2 jam pp merupakan uji untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus (DM).

Kadar glukosa darah sewaktu (tanpa puasa) normalnya berkisar 80 - 140 mg/dL (milligram per desiliter). Peningkatan kadar gula terjadi setelah makan dan mengalami penurunan pada pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami hyperglycemia apabila kadar glukosa dalam darahnya berada jauh di atas nilai normal. Sebaliknya, dikatakan hypoglycemia apabila terjadi penurunan kadar glukosa darah dibawah normal.

Kadar glukosa darah puasa normalnya berkisar 70 – 120 mg/dl dan glukosa 2 jam setelah makan normalnya berkisar 80 – 140 mg/dl. Seseorang dikatakan diabetes jika hasil pemeriksaan pada saat puasa 126 mg/dl atau lebih, dan hasil pemeriksaan 2 jam setelah makan (post prandial) 180 mg/dl atau lebih. Hasil glukosa darah sewaktu pada diabetes mencapai 140 - 200 mg/dl atau lebih.

Elektrolit
Elektrolit yang terdapat pada cairan tubuh akan berada dalam bentuk ion bebas (free ions). Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu kation dan anion. Jika elektrolit mempunyai muatan positif (+) maka elektrolit tersebut disebut sebagai kation sedangkan jika elektrolit tersebut mempunyai muatan negatif (-) maka elektrolit tersebut disebut sebagai anion. Contoh dari kation adalah sodium/natrium (Na) dan potassium/kalium (K). Contoh dari anion adalah klorida (Cl) dan bikarbonat (HCO3).

Elektrolit yang terdapat dalam jumlah besar di dalam tubuh antara lain adalah natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorida (Cl), bikarbonat (HCO3), fosfat (HPO4) dan sulfat (SO4)

Kalium (K) mempengaruhi beberapa organ tubuh utama, termasuk jantung. Kadar kalium yang tidak normal berhubungan dengan fungsi ginjal (gagal ginjal), muntah atau diare.
Natrium (Na) menunjukkan keseimbangan gula dan air. Natrium juga menunjukkan baik-buruknya kerja ginjal dan kelenjar adrenal. Kadar natrium yang tidak normal dalam darah juga menunjukkan volume darah yang terlalu rendah, misalnya akibat dehidrasi (muntah, diare). Keadaan ini juga bisa terjadi jika jantung tidak memompa darah sebagaimana mestinya.
Kalsium (Ca), adalah bagian utama dari tulang dan gigi. Kalsium juga dibutuhkan agar saraf dan otot bekerja dengan baik, serta untuk reaksi kimia dalam sel. Tubuh kita mengatur jumlah kalsium dalam darah. Namun tingkat protein dalam darah dapat mempengaruhi hasil tes kalsium.

Di dalam tubuh manusia, kesetimbangan antara air (H2O)-elektrolit diatur secara ketat agar sel-sel dan organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Pada tubuh manusia, elektrolit-elektrolit ini akan memiliki fungsi antara lain dalam menjaga tekanan osmotik tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke dalam kompartemen badan air (body’s fluid compartement), menjaga pH tubuh dan juga akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta ikut berperan dalam setiap proses metabolisme. Nilai apapun di luar rentang normal, tinggi atau rendah, memerlukan evaluasi medis.

Limbah produk
Blood Urea Nitrogen (BUN) adalah produk limbah yang dihasilkan dalam hati dan dikeluarkan oleh ginjal. Nilai tinggi dapat berarti bahwa ginjal tidak bekerja seperti yang diharapkan. BUN juga dipengaruhi oleh diet tinggi protein dan/atau latihan (exercise) yang keras atau kehamilan.

Creatinine merupakan produk limbah dari sebagian besar kerusakan otot. Tingginya level BUN dan kreatinin dapat menunjukkan masalah pada ginjal.

Asam urat (uric acid) biasanya dikeluarkan bersama air seni. Tingginya level asam urat biasanya terkait dengan masalah encok, arthritis, masalah ginjal dan penggunaan beberapa diuretic.

Enzim
AST/SGOT, ALT/SGPT, Gamma-GT dan Alkalin Phosphatase adalah singkatan untuk menyebut protein enzim yang membantu semua aktivitas kimia dalam sel. Mereka berada di dalam otot, hati dan jantung. Cedera pada sel dapat menyebabkan keluarnya enzim ini ke dalam darah. Kerusakan sel akibat alkohol dan sejumlah penyakit dapat menunjukkan tingginya nilai-nilai enzim-enzim tersebut.

Alkaline phosphatase merupakan enzim ditemukan terutama di tulang dan hati. Kadar yang lebih tinggi dapat dijumpai pada anak-anak dan wanita hamil atau kerusakan pada tulang atau hati atau batu empedu. Kadar yang rendah mungkin tidak signifikan.

Gamma GT dijumpai tinggi pada penyakit hati, terutama sumbatan pada saluran empedu.

Enzim transaminase (AST/SGOT, ALT/SGPT) dijumpai meninggi pada gangguan hati (misalnya hepatitis, overdosis alkohol), cedera otot dan serangan jantung.

LDH (Lactat dehydrogenase) adalah enzim yang ada di semua sel di dalam tubuh. Banyak jaringan mengandung LDH yang berfungsi mengkatalisis perubahan reversible laktat ke piruvat. Kadar LDH meningkat signifikan pada Anemia megaloblastik, Metastasis Karsinoma khususnya ke hati, Syok dan Hipoksia, Hepatitis, Infark Ginjal, Infark Miokard, dll. Sesuatu yang merusak sel, akan meningkatkan jumlah di dalam darah. Jika darah tidak segera diproses dengan benar, kadar yang tinggi dapat terjadi. Jika semua nilai kecuali LDH berada dalam rentang yang diharapkan, itu mungkin suatu proses kesalahan dan tidak memerlukan evaluasi lebih lanjut.

Bilirubin: adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan sel darah merah oleh hati. Tingginya kadar bilirubin sering dijumpai pada penyakit hati akut (hepatitis akut), anemia hemolitik, batu empedu. Pada penyakit hati konstitusional (Gilbert’s Syndrome), talasemia, penyakit hati menahun dan anemia pernisiosa, bisanya bilirubin sedikit meningkat.

CPK (creatininkinase) merupakan enzim yang sangat berguna untuk diagnosing dari penyakit jantung dan kerangka otot. CPK mengkatalisis pertukaran fosfat secara reversible antara kreatin dan ATP (Adenosinetrifosfat), ia berperan penting dalam menyimpan dan melepaskan energi dalam sel terutama dalam otot bergaris, otot jantung dan dalam jumlah kecil dalam otak. Enzim ini adalah yang pertama meninggi setelah serangan jantung (3 hingga 4 jam). Kadar CPK dalam serum darah meningkat signifikan setelah terjadi kerusakan otot, seperti pada kasus Dsytrophia muscularis Duchenne, Polimiositis, Infark Miokard, dll.

tips mengelola kolestrol tinggi


Banyak orang mengakui, bahwa kolesterol masih menjadi momok, sehingga tidak sedikit yang berusaha menghindarinya. Banyak cara yang dilakukan untuk mengendalikan kolesterol, namun upaya itu kadang malah menimbulkan masalah, misalnya badan lemah dan mudah lelah, hal ini karena masih minimnya pemahaman orang terhadap kolesterol.

Bicara mengenai kolesterol, tidak bisa dipisahkan dari masalah lemak. Kolesterol memang merupakan bagian dari lemak. Pada prinsipnya, lemak tubuh terdiri dari 3 elemen, yaitu kolesterol, trigliserid dan fosfolipid.
Selama ini orang jarang memperhatikan trigliserid karena lebih merisaukan angka kolesterol. Trigliserid adalah 3 molekul gliserol yang merupakan salah satu tipe lemak. Trigliserid diperlukan untuk pembentukan energi. Kadar trigliserid akan naik jika kita mengkonsumsi karbohidrat yang berasal dari buah, permen, cokelat, pudding, es, krim, cake, dll. dalam jumlah yang berlebihan.

Kolesterol diperlukan dalam tubuh dalam berbagai proses metabolisme, misalnya sebagai bahan membentuk dinding sel, membuat vitamin D, menyusun hormon-hormon steroid (termasuk hormon seks dan kortikosteroid), membuat asam empedu yang digunakan untuk mengemulsi lemak. Kolesterol dibuat di dalam hati dan usus halus, tetapi tempat tinggalnya di dalam darah.

Kolesterol dikelompokkan menjadi : kolesterol total, kolesterol densitas sangat rendah atau VLDL (Very Low Density Lipoprotein), kolesterol densitas rendah atau LDL (Low Density Lipoprotein) dan kolesterol densitas tinggi atau HDL (High Density Lipoprotein).
VLDL bertugas membawa kolesterol yang dikeluarkan dari hati ke jaringan otot untuk disimpan sebagai cadangan energi. LDL bertugas mengangkut kolesterol dalam plasma darah untuk keperluan pertukaran zat. Tetapi sayangnya LDL ini mudah sekali menempel pada dinding pembuluh koroner sehingga menimbulkan timbunan kolesterol atau plak. Itu sebabnya LDL disebut sebagai “kolesterol jahat”. Sementara HDL bertugas menyedot timbunan kolesterol di jaringan tersebut, lalu mengangkutnya ke hati dan selanjutnya membuangnya ke dalam empedu. Karena itu maka HDL disebut sebagai “kolesterol baik”.

Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Untuk mengetahui kadar kolesterol, diperlukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan setelah berpuasa selama 10 – 12 jam. Maksudnya supaya hasilnya lebih akurat dan tidak dipengaruhi oleh makanan yang baru dikonsumsi. Sebab, kadar trigliserid akan segera meningkat sehabis kita makan, sedangkan kolesterol total tidak begitu berubah. Umumnya, puasa dilaksanakan mulai jam 9 atau 10 malam menjelang tidur. Lalu pagi harinya sekitar jam 8 atau 9 diambil sampel darah untuk diperiksa laboratorium.
Hasil pemeriksaan dikatakan normal apabila kadar kolesterol total < style="font-style: italic;">xanthelasma (endapan kolesterol berwarna kuning muda yang terdapat di tengah atau di ujung kelopak mata), xanthoma (benjolan padat pada tendo atau urat siku, tumit atau lutut). Kedua gejala itu biasanya terdapat pada penderita kolesterol bawaan atau genetik (familial hypercholesterolemia).

Penyebab Hiperkolesterolemia
  1. Gangguan pada hati. Hati adalah tempat produksi kolesterol, maka jika terdapat gangguan pada organ ini, dengan sendirinya kadar kolesterol akan terpengaruh. Pada penderita hepatitis atau sumbatan pada empedu, kadar kolesterol akan meninggi. Tetapi ketika gangguan tersebut teratasi, maka kolesterol akan kembali normal.
  2. Gangguan pencernaan. Meskipun prosentasenya kecil, gangguan pada pencernaan dapat menyebabkan kadar kolesterol meningkat. Hal ini terjadi karena enzim yang mengatur metabolisme lemak terganggu. Pada orang yang kadar hormon tiroidnya rendah (hipotiroid) juga dapat terganggu kadar kolesterolnya akibat menurunnya tingkat metabolisme tubuh.
  3. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemah, seperti daging, kuning telor, otak, hati, santan, goreng-gorengan, kacang tanah, keju, coklat, dll.
Yang dapat anda dilakukan
  1. Diet seimbang dan tidak makan terlalu berlebihan.
    • Kurangi makanan berlemak, ganti lemak binatang dengan minyak sayur sebanyak mungkin.
    • Kurangi sebanyak-banyaknya lemak daging. Buang semua lemak yang menempel pada daging sebelum dimasak. Buang kulit ayam sebelum dimasak. Makan lebih banyak protein dari ikan, ayam, sayuran, tahu dan tempe.
    • Makanan yang dipanggang, direbus atau oseng-oseng lebih baik daripada digoreng. Gunakan minyak sayur untuk memasak daripada mentega.
    • Jangan makan telur lebih dari tiga setiap minggu.
  2. Hanya dengan diet rendah lemak saja tidak menjamin menurunnya resiko penyakit jantung. Faktor risiko lain-lain juga penting dan perlu diperhatikan :
    • Berhenti merokok karena merokok dapat menguarngi kolesterol baik (kolesterol HDL) dan menaikkan kolesterol jahat (kolesterol LDL)
    • Jaga berat badan yang sesuai dengan umur dan tinggi badan.
    • Olah raga secara rutin.Bila anda menderita tekanan darah tinggi, diabetes, minum obat sesuai dengan anjuran dokter, ke dokter secara teratur untuk memastikan penyakit-penyakit ini selalu terkontrol dengan baik.
  3. Cara menurunkan kadar LDL dan menaikkan kadar HDL yang tercepat memang dengan cara minum obat. Tetapi, sebaiknya sebelum mengkonsumsi obat-obatan, coba dulu mengatur pola makan dan olah raga teratur selama enam bulan. Orang yang kegemukan harus menurunkan berat badannya dulu, mereka yang kadar trigliseridnya tinggi selain lemak, juga harus mengurangi konsumsi gula dan karbohidrat. Kalau akhirnya harus minum obat, apa boleh buat, minumlah sesuai dengan anjuran dokter.
  4. Penderita faktor keturunan perlu pengobatan khusus di samping perubahan diet. Apabila anda mempunyai riwayat keluarga tinggi cholesterol (familial hypercholesterolemia) atau penyakit jantung, lebih baik anda berkonsultasi dengan dokter.
  5. Lakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala, bisa 1 bulan sekali, 6 bulan sekali, 1 tahun sekali atau menurut anjuran dokter.

Cara menganalisa Hasil Laboratorium urine

Terdapat beberapa macam pemeriksaan urin, yaitu urinalisis, tes kehamilan, tes narkoba, biakan kuman, kepekaan obat, dsb. Urinalisis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal dan mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih. Tes ini terdiri dari dua macam, yaitu : tes makroskopik dan tes mikroskopik.

Tes makroskopik dilakukan dengan cara visual. Pada tes ini biasanya menggunakan reagen strip yang dicelupkan sebentar ke dalam urine lalu mengamati perubahan warna yang terjadi pada strip dan membandingkannya dengan grafik warna standar. Tes ini bertujuan mengetahui pH, berat jenis (BJ), glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, darah, keton, nitrit dan lekosit esterase.

Kencing Batu

Istilah kencing batu digunakan untuk menyebut penyakit yang disebabkan adanya batu yang terbentuk di dalam ginjal dan saluran kencing. Tempat yang paling sering menjadi lokasi batu adalah ginjal, kemudian ureter dan kandung kemih.

Batu ginjal terbentuk jika urin bertambah pekat yang menyebabkan substansi yang terkandung di dalamnya akan mengkristal dan lama-kelamaan menjadi batu. Batu ini bisa terbentuk di ginjal kanan, ginjal kiri atau kedua-duanya.



Batu ginjal sewaktu-waktu bisa turun masuk ke pipa kecil yang diameternya hanya beberapa milimeter, yang dinamakan ureter. Pipa ini menghubungkan ginjal dengan kandung kemih. Sebagaimana ginjal, ureter juga ada dua buah, di bagian kanan dan kiri. Batu ginjal yang masuk ke dalam ureter bisa terus turun hingga masuk ke dalam kandung kemih, atau bisa saja tersangkut dalam pipa ureter dan tidak bisa bergerak sama sekali. Ini yang disebut batu ureter.

Batu kandung kemih bisa berasal dari ginjal yang turun melewati ureter atau memang terbentuk di dalam kandung kemih. Sama halnya dengan batu ginjal, batu kandung kemih terbetuk jika urin bertambah pekat (misalnya karena kurang minum) atau karena seringnya kandung kemih terinfeksi. Selain itu, orang yang kandung kemihnya abnormal (tumbuh tonjolan divertiulum, lumpuh), atau menderita pembesaran prostat beresiko mengidap batu kandung kemih. Namun, kasus batu kandung kemih lebih jarang terjadi.


Gejala Kencing Batu
Batu ginjal jarang menimbulkan gejala, kecuali jika sudah tersangkut pada saluran kemih ginjal, ureter atau menutupi muara kandung kemih. Gesekan dengan dinding saluran kemih menimbulkan nyeri kolik hebat, apalagi jika tersangkut di ureter. Tanpa serangan kolik, sebelumnya mungkin hanya sering demam ringan, mual, merasa tidak enak di perut dan nyeri pinggang kiri atau kanan, atau kedua-duanya.

Mungkin juga sudah mulai sering kencing, dan lebih sering kencing di malam hari. Jika telah menjadi berat, warna urin bisa keruh, merah berdarah dan kencing terasa nyeri. Nyeri sering terasa juga di kemaluan dan di bawah selangkangan. Jika batu menutupi muara saluran kemih kemaluan, pancaran kemih bisa mendadak berhenti, tersendat dan mungkin memancar lagi jika posisi tubuh berubah.

Jika batu kandung kemih sangat besar bisa menutupi saluran kemih sehingga urine yang terus-menerus diproduksi ginjal akan tertahan. Akibatnya bisa timbul kerusakan ginjal, bahkan bisa terjadi gagal ginjal.


Siapa yang bisa terkena kencing batu?
Tidak semua orang bisa terkena kencing batu. Ini tergantung dari sifat urinnya. Jika urin mengandung substansi yang bisa membentuk batu saluran kencing, maka orang berisiko terkena kencing batu.

Kebanyakan, batu kemih terbentuk dari zat kapur yang berikatan dengan oksalat (batu oksalat), fosfat (batu fosfat), karbonat (batu karbonat) atau kolesterol (batu kolesterol). Orang yang kelenjar anak gondoknya lebih aktif dari normal (hiperparatiroidisme), zat kapur dalam darahnya cenderung tinggi.

Selain batu kapur, ada juga batu urat dan batu cystine dan batu struvite. Batu urat terbentuk jika kadar asam urat (uric acid) dalam darahnya lebih dari normal dalam waktu yang lama. Batu cystine terbentuk jika orang mengalami kelainan metabolisme sehingga kadar cystine dalam urin tinggi. Batu struvite terbentuk jika saluran kencing sering mengalami infeksi (umumnya wanita).

Kencing batu bisa kambuh. Pria dua kali lebih sering terkena kencing batu daripada wanita. Beberapa tipe batu kemih bersifat menurun di lingkungan keluarga. Tipe batu kemih lainnya berkaitan dengan kegemukan, penyakit perut, cacat pada ginjal, atau oleh karena penyakit ginjal. Orang yang sering mengalami gangguan usus cenderung terkena batu oksalat. Infeksi saluran kemih yang berulang bisa mencetuskan batu kemih. Dan adanya batu kemih menjadi penyebab seringnya infeksi saluran kemih (urinary tract infection).


Diagnosis Kencing Batu
  1. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk mengetahui adanya infeksi, fungsi ginjal dan penyebab batu kemih. Pemeriksaan ini terdiri dari :
    • Pemeriksaan darah, seperti darah rutin, KED, tes fungsi ginjal (BUN, kreatinin, asam urat), SGOT, SGPT, kolesterol, kalsium
    • Pemeriksaan urin (urinalysis)
    • Analisa batu kemih
  2. Pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan pencitraan yang bertujuan memastikan adanya batu kemih dan menentukan lokasi atau letak batu di saluran kemih. Beberapa pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan adalah :
    • Foto rontgen polos perut
    • Ultrasonografi (USG)
    • Intravenous Pyelography (IVP)
    • Retrograde Pyelography
    • CT-scan perut
    • Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Mencegah Kencing Batu
Beberapa hal berikut ini mungkin bisa dilakukan untuk mencegah kencing batu :
  • Banyak minum air putih
  • Tidak membiasakan menunda atau menahan kencing
  • Jika kadar asam urat tinggi, segera diturunkan dengan diet makanan atau jika perlu, minum obat penurun asam urat, seperti allopurinol
  • Diet dengan membatasi makanan yang : (a) berzat kapur tinggi (susu dan produknya, obat mag antacidum), (b) mengandung purin tinggi (daging-dagingan, kacang tanah, dsb), (c) mengandung oksalat (sayur hijau, teh, cokelat, dsb), (d) garam dapur, (e) vitamin A dan C bermanfaat, tetapi vitamin D perlu dibatasi, (f) magnesium dan vitamin B6 dapat menurunkan oksalat urin
  • Melakukan kontrol laboratorium darah dan urin secara rutin untuk memonitor asam urat, kolesterol, kalsium dan oksalat.
  • Jika menderita diare harus segera diatasi agar jangan sampai dehidrasi atau keurangan cairan

Kreatinin Darah (Serum)

Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin.

Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot.


Prosedur

Jenis sampel untuk uji kreatinin darah adalah serum atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5 ml sampel darah vena dalam tabung bertutup merah (plain tube) atau tabung bertutup hijau (heparin). Lakukan sentrifugasi dan pisahkan serum/plasma-nya. Catat jenis obat yang dikonsumsi oleh penderita yang dapt meningkatkan kadar kreatinin serum. Tidak ada pembatasan asupan makanan atau minuman, namun sebaiknya pada malam sebelum uji dilakukan, penderita dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi daging merah.

Kadar kreatinin diukur dengan metode kolorimetri menggunakan spektrofotometer, fotometer atau analyzer kimiawi.


Nilai Rujukan

DEWASA : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (Wanita sedikit lebih rendah karena massa otot yang lebih rendah daripada pria).

ANAK : Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl. Bayi : 0,7-1,4 mg/dl. Anak (2-6 tahun) : 0,3-0,6 mg/dl. Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl. Kadar agak meningkat seiring dengan bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot.

LANSIA : Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan produksi kreatinin.


Masalah Klinis

Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu kreatinin dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal dibandingkan uji dengan kadar nitrogen urea darah (BUN). Sedikit peningkatan kadar BUN dapat menandakan terjadinya hipovolemia (kekurangan volume cairan); namun kadar kreatinin sebesar 2,5 mg/dl dapat menjadi indikasi kerusakan ginjal. Kreatinin serum sangat berguna untuk mengevaluasi fungsi glomerulus.

Keadaan yang berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin adalah : gagal ginjal akut dan kronis, nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, nefropati diabetik, pielonefritis, eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi esensial, dehidrasi, penurunan aliran darah ke ginjal (syok berkepanjangan, gagal jantung kongestif), rhabdomiolisis, lupus nefritis, kanker (usus, kandung kemih, testis, uterus, prostat), leukemia, penyakit Hodgkin, diet tinggi protein (mis. daging sapi [kadar tinggi], unggas, dan ikan [efek minimal]).

Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin adalah : Amfoterisin B, sefalosporin (sefazolin, sefalotin), aminoglikosid (gentamisin), kanamisin, metisilin, simetidin, asam askorbat, obat kemoterapi sisplatin, trimetoprim, barbiturat, litium karbonat, mitramisin, metildopa, triamteren.

Penurunan kadar kreatinin dapat dijumpai pada : distrofi otot (tahap akhir), myasthenia gravis.

Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan kreatinin dan BUN hampir selalu disatukan (dengan darah yang sama). Kadar kreatinin dan BUN sering diperbandingkan. Rasio BUN/kreatinin biasanya berada pada kisaran 12-20. Jika kadar BUN meningkat dan kreatinin serum tetap normal, kemungkinan terjadi uremia non-renal (prarenal); dan jika keduanya meningkat, dicurigai terjadi kerusakan ginjal (peningkatan BUN lebih pesat daripada kreatinin). Pada dialisis atau transplantasi ginjal yang berhasil, urea turun lebih cepat daripada kreatinin. Pada gangguan ginjal jangka panjang yang parah, kadar urea terus meningkat, sedangkan kadar kreatinin cenderung mendatar, mungkin akibat akskresi melalui saluran cerna.

Rasio BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal dijumpai pada uremia prarenal, diet tinggi protein, perdarahan saluran cerna, keadaan katabolik. Rasio BUN/kreatinin tinggi (>20) dengan kreatinin tinggi dijumpai pada azotemia prarenal dengan penyakit ginjal, gagal ginjal, azotemia pascarenal.


Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium

  • Obat tertentu (lihat pengaruh obat) yang dapat meningkatkan kadar kreatinin serum.
  • Kehamilan
  • Aktivitas fisik yang berlebihan
  • Konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan laboratorium.

Ureum darah (Serum)

Hampir seluruh ureum dibentuk di dalam hati, dari metabolisme protein (asam amino). Urea berdifusi bebas masuk ke dalam cairan intra sel dan ekstrasel. Zat ini dipekatkan dalam urin untuk diekskresikan. Pada keseimbangan nitrogen yang stabil, sekitar 25 gram urea diekskresikan setiap hari. Kadar dalam darah mencerminkan keseimbangan antara produksi dan ekskresi urea.


Ureum berasal dari penguraian protein, terutama yang berasal dari makanan. Pada orang sehat yang makanannya banyak mengandung protein, ureum biasanya berada di atas rentang normal. Kadar rendah biasanya tidak dianggap abnormal karena mencerminkan rendahnya protein dalam makanan atau ekspansi volume plasma. Namun, bila kadarnya sangat rendah bisa mengindikasikan penyakit hati berat. Kadar urea bertambah dengan bertambahnya usia, juga walaupun tanpa penyakit ginjal.


Prosedur

Untuk mengukur kadar ureum diperlukan sampel serum atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5 ml darah vena pada tabung bertutup merah atau bertutup hijau (heparin), hindari hemolisis. Centrifus darah kemudian pisahkan serum/plasma-nya untuk diperiksa. Penderita dianjurkan untuk puasa terlebih dulu selama 8 jam sebelum pengambilan sampel darah untuk mengurangi pengaruh diet terhadap hasil laboratorium.

Kadar ureum (BUN) diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi. Pengukuran berdasarkan atas reaksi enzimatik dengan diasetil monoksim yang memanfaatkan enzim ureaseblood urea nitrogen, BUN). Namun di beberapa negara, konsentrasi ureum dinyatakan sebagai berat urea total. Nitrogen menyumbang 28/60 dari berat total urea, sehingga konsentrasi urea dapat dihitung dengan mengalikan konsentrasi BUN dengan 60/28 atau 2,14.


Nilai Rujukan

Dewasa : 5 – 25 mg/dl
Anak-anak : 5 – 20 mg/dl
Bayi : 5 – 15 mg/dl
Lanjut usia : kadar sedikit lebih tinggi daripada dewasa.


Masalah Klinis

1. Peningkatan Kadar

Peningkatan kadar urea disebut uremia. Azotemia mengacu pada peningkatan semua senyawa nitrogen berberat molekul rendah (urea, kreatinin, asam urat) pada gagal ginjal. Penyebab uremia dibagi menjadi tiga, yaitu penyebab prarenal, renal, dan pascarenal. Uremia prarenal terjadi karena gagalnya mekanisme yang bekerja sebelum filtrasi oleh glomerulus. Mekanisme tersebut meliputi : 1) penurunan aliran darah ke ginjal seperti pada syok, kehilangan darah, dan dehidrasi; 2) peningkatan katabolisme protein seperti pada perdarahan gastrointestinal disertai pencernaan hemoglobin dan penyerapannya sebagai protein dalam makanan, perdarahan ke dalam jaringan lunak atau rongga tubuh, hemolisis, leukemia (pelepasan protein leukosit), cedera fisik berat, luka bakar, demam,.

Uremia renal terjadi akibat gagal ginjal (penyebab tersering) yang menyebabkan gangguan ekskresi urea. Gagal ginjal akut dapat disebabkan oleh glomerulonefritis, hipertensi maligna, obat atau logam nefrotoksik, nekrosis korteks ginjal. Gagal ginjal kronis disebabkan oleh glomerulonefritis, pielonefritis, diabetes mellitus, arteriosklerosis, amiloidosis, penyakit tubulus ginjal, penyakit kolagen-vaskular.

Uremia pascarenal terjadi akibat obstruksi saluran kemih di bagian bawah ureter, kandung kemih, atau urethra yang menghambat ekskresi urin. Obstruksi ureter bisa oleh batu, tumor, peradangan, atau kesalahan pembedahan. Obstruksi leher kandung kemih atau uretra bisa oleh prostat, batu, tumor, atau peradangan. Urea yang tertahan di urin dapat berdifusi masuk kembali ke dalam darah.

Beberapa jenis obat dapat mempengaruhi peningkatan urea, seperti : obat nefrotoksik; diuretic (hidroklorotiazid, asam etakrinat, furosemid, triamteren); antibiotic (basitrasin, sefaloridin (dosis besar), gentamisin, kanamisin, kloramfenikol, metisilin, neomisin, vankomisin); obat antihipertensi (metildopa, guanetidin); sulfonamide; propanolol, morfin; litium karbonat; salisilat. Sedangkan obat yang dapat menurunkan kadar urea misalnya fenotiazin.


2. Penurunan Kadar

Penurunan kadar urea sering dijumpai pada penyakit hati yang berat. Pada nekrosis hepatik akut, sering urea rendah asam-asam amino tidak dapat dimetabolisme lebih lanjut. Pada sirosis hepatis, terjadipengurangan sintesis dan sebagian karena retensi air oleh sekresi hormone antidiuretik yang tidak semestinya.

Pada karsinoma payudara yang sedang dalam pengobatan dengan androgen yang intensif, kadar urea rendah karena kecepatan anabolisme protein yang tinggi. Pada akhir kehamilan, kadar urea kadang-kadang terlihat menurun, ini bisa karena peningkatan filtrasi glomerulus, diversi nitrogen ke fetus, atau karena retensi air. Penurunan kadar urea juga dijumpai pada malnutrisi protein jangka panjang. Penggantian kehilangan darah jangka panjang, dekstran, glukosa, atu saline intravena, bisa menurunkan kadar urea akibat pengenceran.

Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan BUN hampir selalu disatukan dengan kreatinin (dengan darah yang sama). Rasio BUN terhadap kreatinin merupakan suatu indeks yang baik untuk membedakan antara berbagai kemungkinan penyebab uremia. Rasio BUN/kreatinin biasanya berada pada rentang 12-20. Peningkatan kadar BUN dengan kreatinin yang normal mengindikasikan bahwa penyebab uremia adalah nonrenal (prarenal). Peningkatan BUN lebih pesat daripada kreatinin menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Pada dialysis atau transplantasi ginjal yang berhasil, urea turun lebih cepat daripada kreatinin. Pada gangguan ginjal jangka panjang yang paranh, kadar yrea terus meningkat, sedangkan kadar kreatinin cenderung mendatar, mungkin akibat akskresi melalui saluran cerna.

Rasio BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal dijumpai pada uremia prarenal, diet tinggi protein, perdarahan saluran cerna, keadaan katabolik. Rasio BUN/kreatinin tinggi (>20) dengan kreatinin tinggi dijumpai pada azotemia prarenal dengan penyakit ginjal, gagal ginjal, azotemia pascarenal.


Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium
yang sangat spesifik terhadap urea. Konsentrasi urea umumnya dinyatakan sebagai kandungan nitrogen molekul, yaitu nitrogen urea darah (
  • Status dehidrasi dari penderita harus diketahui. Pemberian cairan yang berlebihan dapat menyebabkan kadar BUN rendah palsu, dan sebaliknya, dehidrasi dapat memberikan temuan kadar tinggi palsu.
  • Diet rendah protein dan tinggi karbohidrat dapat menurunkan kadar ureum. Sebaliknya, diet tinggi protein dapat meningkatkan kadar ureum, kecuali bila penderita banyak minum.
  • Pengaruh obat (misal antibiotik, diuretik, antihipertensif) dapat meningkatkan kadar BUN

PENGUKURAN COLIFORM DENGAN MPN

1.1 Latar Belakang
Standar Air Minum, menurut standar WHO semua sampel tidak boleh mengandung E. coli dan sebaiknya juga bebas dari bakteri coliform. Standar WHO: Dalam setiap tahun, 95% dari sampel-sampel tidak boleh mengandung coliform dalam 100 ml, Tidak ada sampel yang mengandung E. coli dalam 100 ml, Tidak ada sampel yang mengandung coliform lebih dari 10 dalam 100 ml, Tidak boleh ada coliform dalam 100 ml dan dua sampel yang berurutan (AOAC,2000).
Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain (Dad,2000). Contoh bakteri coliform adalah, Esherichia coli dan Entereobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik. Berdasarakan latarbelakang itulah maka praktikum ini penting untuk dilakasanakan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui korelasi antara jumlah bakteri koliform dengan kualitas air sampel

1.4 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah parktikan mampu menganalisa kualitas air dengan metode MPN (Most Probable Number) dengan menghitung jumlah koliform yang ditemukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode MPN
Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam sampel. Karena beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif, diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform dengan bantuan medium selektif diferensial. Uji kelengkapan kembali meyakinkan hasil tes uji konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan pengamatan mikroskop terhadap ciri-ciri coliform: berbentuk batang, Gram negatif, tidak-berspora (Fardiaz,1989).
Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk-koloni (colony-forming unit) dalam sampel. Namun, pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Jadi misalnya terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air, artinya dalam sampel air tersebut diperkirakan setidaknya mengandung 10 coliform pada setiap gramnya. Makin kecil nilai MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak minum. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi (FDA, 1989).

2.2 Bakteri Coliform
Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri coliform adalah, Esherichia coli dan Entereobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik (FRIEDHEIM, 2001).
Banyaknya kontaminan dalam air memerlukan standar tertentu untuk menjamin kebersihannya. Air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen saluran cerna sangat berbahaya untuk diminum. Hal ini dapat dipastikan dengan penemuan organisme yang ada dalam tinja manusia atau hewan dan yang tidak pernah terdapat bebas di alam. Ada beberapa organisme yang termasuk kategori ini, yaitu bakteri coliform (E. coli), Enterococcus faecalis, Clostridium sp. Di Indonesia, bakteri indikator air terkontaminasi adalah E. coli (GAUSE, G. F. 1946).
Terdapatnya bakteri coliform dalam air minum dapat menjadi indikasi kemungkinan besar adanya organisme patogen lainnya. Bakteri coliform dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu faecal coliform dan non-faecal coliform. E. coli adalah bagian dari faecal coliform. Keberadaan E. coli dalam air dapat menjadi indikator adanya pencemaran air oleh tinja. E. coli digunakan sebagai indikator pemeriksaan kualitas bakteriologis secara universal dalam analisis dengan alasan; a) E. coli secara normal hanya ditemukan di saluran pencernaan manusia (sebagai flora normal) atau hewan mamalia, atau bahan yang telah terkontaminasi dengan tinja manusia atau hewan; jarang sekali ditemukan dalam air dengan kualitas kebersihan yang tinggi, b) E. coli mudah diperiksa di laboratorium dan sensitivitasnya tinggi jika pemeriksaan dilakukan dengan benar, c) Bila dalam air tersebut ditemukan E. coli, maka air tersebut dianggap berbahaya bagi penggunaan domestik, d) Ada kemungkinan bakteri enterik patogen yang lain dapat ditemukan bersama-sama dengan E. coli dalam air tersebut (GAUSE, G. F. 1946).
Bakteri pembusuk ini dimasukkan ke dalam golongan bakteri Coliform, salah satu yang termasuk didalamnya adalah Escherichia coli. Bakteri coliform ini menghasilkan zat ethionine yang pada penelitian menyebabkan kanker. Bakteri-bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun seperti Indole, skatole yang dapat menimbulkan penyakit bila berlebih didalam tubuh (GAUSE, G. F. 1946).

Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting kualitas air minum. Kelompok bakteri coliform terdiri atas Eschericia coli, Enterobacter aerogenes, Citrobacter fruendii, dan bakteri lainnya. Meskipun jenis bakteri ini tidak menimbulkan penyakit tertentu secara langsung, keberadaannya di dalam air minum menunjukkan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, air minum harus bebas dari semua jenis coliform. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri patogen-yang kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas-adalah Shigella, yaitu mikroba penyebab gejala diare, deman, kram perut, dan muntah-muntah (Official Chemical Method, 1979)
Jenis bakteri coliform tertentu, misalnya E coli O:157:H7, bersifat patogen dan juga dapat menyebabkan diare atau diare berdarah, kram perut, mual, dan rasa tidak enak badan (Dad,2000).

BAB III
METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pengukuran kualitas air dengan metode MPN dilaksanakan pada hari kamis tanggal 23 Oktober 2008 pukul 13.00 WIB sampai 14.00 WIB di Laboartotium Mikrobiologi, Jurusan Mikrobiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengeatahuan Alam, Universitas Brawijaya.

3.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan antara lain tabung reaksi, tabung durham, cawan petri, pipet ukur 1 dan 10 mL, blue tip, mikropipet, vorteks, gelas obyek dan gelas penutup, bunsen burner, inkubator 370Cdan 44,50C. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan antara lain media Lactosa Broth Tunggal (LBT), media Lactosa Broth Ganda (LBG), media Brilliant Greenbile Lactosa Broth (BGL, media Eosin Methylene Blue (EM, sampel air sumur bor,sampel air kolam dan sampel air sumur biasa serta pewarna Gram.

3.3 Cara Kerja
- Uji Penduga (Presumptive test)
Uji kualitas air ini menggunakan air sampel. Masing-masing sampel air ini disiapkan sebanyak 500 ml untuk kemudian dibuat 3 seri larutan perlakuan. Untuk larutan seri pertama, sampel air dipipet sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi berisi medium LBG 10 mL yang telah berisi tabung durham. Sedangkan larutan seri kedua berupa 1 mL sampel air yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi medium LBT 5 mL yang didalamnya juga mengandung tabung durham. Larutan yang terakhir adalah larutan seri ketiga yang dibuat dengan mencampur 0,1 mL sampel air dalam 5 mL LBT di dalam tabung reaksi berisi tabung durham. Ketiga seri larutan uji ini kemudian diinkubasi pada suhu 35-370C selama 24 jam. Setelah masa inkubasi selesai, diamati tabung yang membentuk gelembung gas. Adanya gelembung ini menunjukkan hasil reaksi positif sehingga dapat diperlakukan untuk uji selanjutnya. Tabung yang belum menunjukkan reaksi positif diinkubasi lagi selama 24 jam pada suhu 350C selama 24 jam. Jika setelah masa inkubasi kedua ini ditemukan adanya gas, maka dilakukan uji yang selanjutnya. Namun apabila tetap tidak terbentuk gas, maka hasilnya dianggap negatif dan tidak perlu dilakukan uji lanjutan. Uji postif juga ditunjukan dengan terjadinya perubahan warna medium yaitu dari merah menjadi kuning atau oranye.

- Uji Penguat (Confirmed Test)
Uji penguat dilakukan dengan menginokulasikan satu oose biakan dari tabung yang memberikan hasil uji positif ke media agar EMB (Eosin Methylene Blue). Selanjutnya cawan petri diinkubasi pada suhu 37?C selama 24 jam, kemudian diamati koloni bakteri yang tumbuh. Koloni bakteri yang berwarna hijau metalik menunjukkan koloni bakteri koliform. Selain itu, uji penguat juga dilakukan dengan menginokulasikan 1 mL biakan dari tabung yang memberikan hasil uji positif pada uji penduga ke media BGBL (Brilliant Green Bile Lactose). Tabung berisi media dan biakan tersebut diinkubasi pada suhu 37 dan 44?C selama 24 jam, kemudian diamati perubahan warna yang terjadi dan gas yang terbentuk.


- Uji Pelengkap (Completed Test)
Uji pelengkap dilakukan apabila terdapat hasil positif dari uji penguat, yaitu terdapat koloni bakteri yang berwarna hijau metalik pada media EMB. Koloni tersebut selanjutnya diuji pewarnaan Gram, diinokulasikan ke media LBT dan diinokulasikan ke media NA (Nutrient Agar) miring. Biakan yang diinokulasikan ke dalam media LBT dan NA selanjutnya diinkubasi pada suhu 37?C selama 24 jam. Kemudian diamati perubahan warna dan gas yang terbentuk pada tabung berisi media LBT dan biakan.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur
- Uji Penduga (Presumptive test)
Uji kualitas air ini menggunakan air sampel. Masing-masing sampel air ini disiapkan sebanyak 500 ml untuk kemudian dibuat 3 seri larutan perlakuan. Untuk larutan seri pertama, sampel air dipipet sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi berisi medium LBG 10 mL yang telah berisi tabung durham. Sedangkan larutan seri kedua berupa 1 mL sampel air yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi medium LBT 5 mL yang didalamnya juga mengandung tabung durham. Larutan yang terakhir adalah larutan seri ketiga yang dibuat dengan mencampur 0,1 mL sampel air dalam 5 mL LBT di dalam tabung reaksi berisi tabung durham. Ketiga seri larutan uji ini kemudian diinkubasi pada suhu 35-370C selama 24 jam. Setelah masa inkubasi selesai, diamati tabung yang membentuk gelembung gas. Adanya gelembung ini menunjukkan hasil reaksi positif sehingga dapat diperlakukan untuk uji selanjutnya. Tabung yang belum menunjukkan reaksi positif diinkubasi lagi selama 24 jam pada suhu 350C selama 24 jam. Jika setelah masa inkubasi kedua ini ditemukan adanya gas, maka dilakukan uji yang selanjutnya. Namun apabila tetap tidak terbentuk gas, maka hasilnya dianggap negatif dan tidak perlu dilakukan uji lanjutan. Uji postif juga ditunjukan dengan terjadinya perubahan warna medium yaitu dari merah menjadi kuning atau oranye.

- Uji Penguat (Confirmed Test)
Uji penguat dilakukan dengan menginokulasikan satu oose biakan dari tabung yang memberikan hasil uji positif ke media agar EMB (Eosin Methylene Blue). Selanjutnya cawan petri diinkubasi pada suhu 37?C selama 24 jam, kemudian diamati koloni bakteri yang tumbuh. Koloni bakteri yang berwarna hijau metalik menunjukkan koloni bakteri koliform. Selain itu, uji penguat juga dilakukan dengan menginokulasikan 1 mL biakan dari tabung yang memberikan hasil uji positif pada uji penduga ke media BGBL (Brilliant Green Bile Lactose). Tabung berisi media dan biakan tersebut diinkubasi pada suhu 37 dan 44?C selama 24 jam, kemudian diamati perubahan warna yang terjadi dan gas yang terbentuk.

- Uji Pelengkap (Completed Test)
Uji pelengkap dilakukan apabila terdapat hasil positif dari uji penguat, yaitu terdapat koloni bakteri yang berwarna hijau metalik pada media EMB. Koloni tersebut selanjutnya diuji pewarnaan Gram, diinokulasikan ke media LBT dan diinokulasikan ke media NA (Nutrient Agar) miring. Biakan yang diinokulasikan ke dalam media LBT dan NA selanjutnya diinkubasi pada suhu 37?C selama 24 jam. Kemudian diamati perubahan warna dan gas yang terbentuk pada tabung berisi media LBT dan biakan.

4.2 Analisa Hasil
4.2.1 Data Hasil Praktikum

Gambar 1. Hasil Praktikum MPN, pada umur bor (A), sumur biasa (B), air kolam (C).
Metoda untuk menduga jumlah bakteri dalam suatu produk, dapat menggunakan metoda hitungan mikroskopis, metoda hitungan cawan dan penentuan angka paling memungkinkan (MPN). Organisme yang mati maupun hidup dapat dihitung dengan metoda hitungan mikroskopis, akan tetapi pada MPN hanya organisma hidup yang dapat dihitung. Metoda MPN adalah metoda untuk menghitung jumlah mikroba dengan menggunakan medium cair dalam tabung reaksi yang pada umumnya setiap pengenceran menggunakan 3 atau 5 seri tabung dan perhitungan yang dilakukan merupakan tahap pendekatan secara statisitik (Fardiaz,1989).

BGLB berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan flora mikroba yang tidak diharapkan. Media BGLB merupakan media yang akan berwarna hijau metalik jika terdapat reaksi fermen dengan media. Warna ini berasal dari adanya koloni koliform yang bereaksi dengan BGLB. E. Coli merupakan bakteri fermentasi, seringkali menghasilkan warna hijau metalik mengkilap. Bakteri yang menfermentasi dengan lambat akan menghasilkan koloni berwarna merah muda. Brilliant green Lactose Bile Broth, dibuat dari :Peptone 10 g, Lactose 10 g, Oxgall 20 g Brilliant green 0,0133 g, Aquades 1 liter. arutkan Peptone dan Lactose dalam 500 ml Aquades. Tambahkan 20 gram Oxgall dalam 200 ml Aquades. Atur pH 7,0-7,5. Aduk dan tambahkan Aquades hingga 975 ml. Atur pH 7,4 tambahkan 13,3 ml 0,1 % Brilliant green. Tepatkan hingga 1 liter. Pipet ke dalam tabungtabung yang berisi tabung durham. Sterilisasi selama 15 menit pada suhu 121oC. Media ini tersedia secara komersial (Depkes,1996).

Media Endo Agar adalah media kultur selektif dan diferensial untuk mendeteksi keberadaan bakteri koliform fekal dan mikroorganisme lainnya. Selektivitas media endo agar tersusun atas sodium sulfate atau kombinasi basic fuchsin, yang menghasilkan suspensi mikroorganisme gram positif. Bakteri koliform memfermentasi laktosa, menghasilkan koloni berwarna merah muda hingga warna merah seperti bunga mawar serta berbagai pewarnaan yang mirip. Koloni organisme yang tidak memfremnetasi laktosa tidak berwarna sehingga tampak kontras dengan latar media yang berwarna merah muda. Berdasarkan gambar hasil praktikum diatas, diketahui bahwa rata-rata air sumur bor, air sumur biasa dan air kolam mengandung bakteri koliform (Dad,2000).

Gambar 2. Media EMB untuk seleksi bakteri coliform fecal.
(Dad,2000)

Tabel 1. MPN uji pendua dengan media BLGB dan LBT
Uji penduga
LBG (seri I) LBT(seri II) LBT (seri III) Jumlah
kel.1 3 3 2 110
kel.2 3 3 1 46
kel.3 3 3 3 >110
kel.4 3 3 3 >110
kel.5 3 3 2 110
kel.6 3 3 2 110

Brilliant green Lactose Bile Broth, dibuat dari :Peptone 10 g, Lactose 10 g, Oxgall 20 g Brilliant green 0,0133 g, Aquades 1 liter. arutkan Peptone dan Lactose dalam 500 ml Aquades. Tambahkan 20 gram Oxgall dalam 200 ml Aquades. Atur pH 7,0-7,5. Aduk dan tambahkan Aquades hingga 975 ml. Atur pH 7,4 tambahkan 13,3 ml 0,1 % Brilliant green. Tepatkan hingga 1 liter. Pipet ke dalam tabungtabung yang berisi tabung durham. Sterilisasi selama 15 menit pada suhu 121oC (Fardiaz,1989). Media ini tersedia secara komersial. Untuk menghitung MPN organisme dalam contoh, dicatat jumlah tabung positif pada setiap pengenceran. Kemudian jumlah tabung positif dari masingmasing pengenceran (p1,p2, dan p3) di cocokkan dengan angka pada Tabel Mc Crady metode 3 tabung; diperoleh nilai tabel. Nilai yang didapat ini dikalikan dengan faktor pengenceran pada tabung dengan pengenceran yang paling rendah untuk mendapatkan kelimpahan MPN dari contoh yang asli
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bakteri coccus (Gram -), coccus (Gram +), basil (Gram +). Selain itu berdasarkan hasil MPN dengan berbagai pengenceran dan variasi inkubasi suhu, diperoleh data bahwa air dari sumur bor mempunyai densitas E. Coli yang lebih besar daripada yang lain.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
MPN adalah suatu teknik enumerasi pada mikrobia (dalam hal ini coliform fecal), pada suatu bahan cairan. Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan. Organisme kelayakan konsumsi air atau bahan pangan cair adalah kelompok bakteri koliform yaitu: spesies Eschrichia, Enterobacter dan Klebsiella..

5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya, digunakan teknik lain selain MPN untuk melakukan enumerasi bakteri fecal. Selain hal tersebut, variasi jenis sampel juga diperlukan untuk mengetahui kualitas air minum di sekitar kita.

DAFTAR PUSTAKA

Association of Official Analytical Chemistry (AOAC), 2000. Official Methods of Analysis. Mc Graw Hill Press. Canada
Dad.2000.Bacterial Chemistry and Physiology. John Wiley & Sons, Inc., New York, p. 426.

Direktorat Jenderal PPM & PLP, Depkes.1996. Pedoman Teknis Sanitasi (Penyehatan) Pengelolaan Makanan Di Rumah Sakit, Jakarta.

Fardiaz, S.,.1989. Analisis Mikrobiologi Pangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, IPB.

Food and Drug Administration.1998.Bacteriological Analytical Manual. 8th Edition,.
FRIEDHEIM, E., AND MICHAELIS, L. 2001 J. Biol. Chem., 91,55-368. Cit. PORTER, J. R.

GAUSE, G. F. 1946 Litmocidin, a new antibiotic substance produced by roactinomyces cyaneus. J. Bacteriol., 51,

Official Chemical Method. 1979. Fish Inspection Branch Fisheries And Ocean. Science Press. Canada.

tes TPC

Perhitungan Bakteri
Perhitungan jumlah suatu bakteri dapat melalui berbagai macam uji seperti uji kualitatif koliform yang secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji penduga (uji kuantitatif, bisa dengan metode MPN), uji penguat dan uji pelengkap. Waktu, mutu sampel, biaya, tujuan analisis merupakan beberapa faktor penentu dalam uji kualitatif koliform. Bakteri koliform dapat dihitung dengan menggunakan metode cawan petri (metode perhitungan secara tidak langsung yang didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni yang merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terdapat pada sampel) seperti yang dilakukan pada percobaan ini (Penn, 1991).
Metoda APM adalah metoda untuk menghitung jumlah mikroba dengan menggunakan medium cair dalam tabung reaksi yang pada umumnya setiap pengenceran menggunakan 3 atau5 seri tabung dan perhitungan yang dilakukan merupakan tahap pendekatan secara statisitik.
Tabung positif ditunjukkan oleh adanya pertumbuhan bakteri dan gas.
Nilai APM ini diperoleh dengan anggapan sebagai berikut :
a. Bakteri dalam contoh menyebar secara random;
b. Bakteri dalam contoh tidak berkelompok atau cluster, tetapi saling terpisah;
c. Organisma yang terdapat dalam contoh dapat tumbuh dalam medium selama inkubasi;
d. Kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan, seperti media dan waktu inkubasi.
Di dalam penggunaan seri tabung pengenceran tingkat pengenceran yang diperlukan didasarkan pada pendugaan populasi bakteri yang ada dalam contoh. Hasil yang baik adalah jika pada pengenceran yang lebih rendah contoh yang diduga lebih banyak menunjukkan hasil uji positif (adanya pertumbuhan bakteri) dan pada pengenceran lebih tinggi contoh yang diduga lebih sedikit menunjukkan hasil uji negatif (tidak ada pertumbuhan bakteri). Oleh karena itu jumlah populasi bakteri yang ada dalam contoh diduga tinggi maka contoh harus diencerkan sampai diperoleh tingkat pengenceran yang lebih tinggi sehingga nilai APM maksimum yang dapat dihitung. Metoda pengenceran yang paling mudah adalah dengan melakukan pengenceran 10 kali lipat dengan menggunakan 3 atau 5 seri tabung pengenceran.
(http://journal.discoveryindonesia.com/PDFInterstitial,perhitungan+jumlah+mikroba.id)
Pengukuran kuantitatif populasi mikroorganisme sangat diperlukan untuk berbagai macam penelaahan mikrobiologis. Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk menghitung jumlah mikroorganisme, akan tetapi secara mendasar, ada dua cara yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Ada beberapa cara perhitungan secara langsung, antara lain adalah dengan membuat preparat dari austu bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber). Sedangkan perhitungan cara tidak langsung hanya untuk mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (viabel count). Dalam pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu : perhitungan pada cawan petri (total plate count / TPC), perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN methode), dan kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri) (Sutedjo, 1991).
2.3.1. Perhitungan Bakteri secara langsung
Ada beberapa cara perhitungan secara langsung, antara lain adalah dengan membuat preparat dari austu bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber) (Sutedjo, 1991).
Enumerasi mikroba dapat dilakukan secara langsung yaitu dengan menghitung jumlahnya tanpa ditumbuhkan terlebih dahulu dalam suatu medium, dalam teknik ini semua sel mikroba baik yang idup maupun yang mati akan terhitung. Untuk melakukan enumerasi mikroba dalam suatu bahan seringkali diperlukan pengenceran bertingkat(Rukmi, MG.I., A.T. Lunggani, A. Suprihadi, 2008).

2.3.2. Perhitungan Bakteri Secara Tidak Langsung
Sedangkan perhitungan cara tidak langsung hanya untuk mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (viabel count). Dalam pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu : perhitungan pada cawan petri (total plate count / TPC), perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN methode), dan kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri) (Sutedjo, 1991).
1. Berdasarkan kekeruhan
Mikroba dalam suatu bahan cair dapat dideteksi berdasarkan kekeruhannya. Pertumbuhan sel bakteri didalam suatu medium cair akan meningkatkan kekeruhan media, yang akan mempengaruhi jumlah sinar yang dapat ditransmisikan menembus medium(Rukmi, MG.I., A.T. Lunggani, A. Suprihadi, 2008).
2. Berdasarkan jumlah lempeng total (plate count)
Cara ini adalah cara yang paling umum digunakan untuk menentukan jumlah mikroba yang masih hidup, berdasarkan jumlah koloni yang tumbuh. Teknik ini diawali dengan pengenceran sampel secara seri, dengan kelipatan 1 : 10. Masing-masing suspensi pengenceran ditanam dengan metode tuang (pour plate) atau sebar (spread plate). Bakteri akan bereproduksi pada medium agar dan membentuk koloni setelah 18-24 jam inkubasi. Untuk menghitung jumlah koloni dalam cawan petri dapat digunakan alat ’colony counter’ yang biasanya dilengkapi dengan pencatat elektronik. (Rukmi, MG.I., A.T. Lunggani, A. Suprihadi, 2008).

pengecatan gram

Pengecatan Gram merupakan salah satu teknik pengecatan yang dikerjakan di laboratorium mikrobiologi untuk kepentingan identifikasi mikroorganisme. Morfologi mikroskopik mikroorganisme yang diperiksa dan sifatnya yang khas terhadap pengecatan tertentu (pengecatan Gram) dapat digunakan untuk identifikasi awal. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan biaya murah serta, dalam kasus tertentu, dapat membantu dokter untuk memulai terapi suatu penyakit tanpa menunggu hasil kultur.
Metode pengecatan tersebut pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884. Dengan metode pengecatan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp.
PERSIAPAN
Sebelum dilakukan pengecatan Gram, tentu harus disiapkan bahan (spesimen) yang akan diperiksa. Bahan yang akan diperiksa, dapat berasal dari : 1) langsung dari penderita dapat berupa sputum (dahak), pus (nanah), discharge telinga, discharge hidung, urin dan cairan serebrospinal.
Spesimen yang akan dicat, sebelumnya dibuat sediaan atau preparat (smear) terlebih dulu. Pengertian preparat adalah sampel spesimen yang diletakkan atau dioleskan pada permukaan gelas obyek (object glass) atau slides, dengan atau tanpa pewarnaan, yang selanjutnya dapat diamati di bawah mikroskop.
a. Pembuatan preparat
Alat dan bahan yang diperlukan adalah :
Alat :
  1. Ose atau kapas lidi steril
  2. Gelas obyek
  3. Lampu spiritus
Bahan :
  • Bahan yang akan diperiksa.
Untuk bahan yang berbeda, memerlukan cara pembuatan preparat yang berbeda pula. Berikut cara pembuatan preparat untuk berbagai sumber bahan.
a.1. Bahan langsung dari penderita
Bahan disentrifuge terlebih dulu, kemudian endapannya dibuat preparat. Bahan yang berupa endapan (pellet) hasil sentrifuge tersebut diambil dengan ose steril atau kapas lidi steril kemudian digoreskan pada gelas obyek setipis mungkin. Panaskan gelas obyek di atas nyala api lampu spiritus sambil diayunkan secukupnya (jarak preparat sampai nyala api kira-kira 20 cm), sampai preparat tersebut kering. Setelah kering, teteskan formalin 1 % tunggu selama 5 menit dan keringkan sekali lagi. Setelah betul-betul kering, preparat siap dicat.
a.2. Bahan dari biakan cair
Ambil gelas obyek yang bersih dan steril, bebaskan dari lemak dengan memanaskan di atas nyala api spiritus. Ambil kuman dari biakan cair (yang sebelumnya telah diaduk secara steril) dengan menggunakan ose steril, ratakan pada gelas obyek sehingga membentuk diameter kira-kira 1-2 cm. Preparat yang sudah dibuat kemudian dikeringkan dan ditetesi formalin dengan cara seperti pembuatan preparat langsung.
a.3. Bahan dari media pertumbuhan padat
Ambil gelas obyek yang bersih dan steril, bebaskan dari lemak dengan memanaskan di atas nyala api spiritus. Teteskan satu ose kaldu atau NaCl pada gelas obyek tersebut. Dengan ose steril, ambil satu koloni kuman dan ratakan pada gelas obyek sehingga membentuk diameter 1 – 2 cm, campur dengan kaldu tadi sampai homogen kemudian tipiskan. Selanjutnya dikerjakan sebagaimana membuat preparat dengan bahan berasal dari penderita.
Prinsip yang selalu harus diingat dan dipatuhi adalah :
  • Selalu mensterilkan ose, pada saat akan dipakai dan setelah dipakai.
  • Letakkan ose pada tempatnya, jangan diletakkan di sembarang tempat (misal di atas meja)
  • Jangan memegang mata (ujung) ose dengan tangan.
  • Usahakan tidak banyak bicara pada saat kerja.
b. Cat Gram
Cat Gram yang digunakan terdiri dari 4 macam, yaitu cat Gram A, B, C dan D. Masing-masing mempunyai komposisi dan fungsi yang berbeda. Komposisi dan fungsi masing-masing cat Gram, adalah sebagai berikut :
1. Cat Gram A
Cat ini terdiri atas :
Kristal violet : 2 gram
Etil alkohol 95 : 20 ml
Ammonium oksalat : 0,8 gram
Akuades : 80 ml
Cat Gram A berwarna ungu (karena mengandung kristal violet). Cat Gram A merupakan cat primer yang akan memberi warna mikroorganisme target. Pada saat diberi cat ini, semua mikroorganisme akan berwarna ungu sesuai warna cat Gram A.
2. Cat Gram B
Cat ini terdiri atas :
Yodium : 1 gram
Kalium Yodida : 2 gram
Akuades : 300 ml
Cat Gram B berwarna coklat. Cat Gram B merupakan cat Mordan, yaitu cat atau bahan kimia yang berfungsi memfiksasi cat primer yang diserap mikroorganisme target. Akibat pemberian cat Gram B, maka pengikatan warna oleh bakteri akan lebih baik (lebih kuat).
3. Cat Gram C
Cat ini terdiri atas :
Aseton : 50 ml
Etil alkohol 95 % : 50 ml
Cat Gram C tidak berwarna. Cat ini berfungsi untuk melunturkan cat sebelumnya. Akibat pemberian cat C akan terjadi 2 kemungkinan :
§ Mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna ungu, karena tahan terhadap alkohol. Ikatan antara cat dengan bakteri tidak dilunturkan oleh alkohol. Bakteri yang bersifat demikian disebut bakteri Gram positif.
§ Bakteri akan tidak berwarna, karena tidak tahan terhadap alkohol. Ikatan antara cat dengan bakteri dilunturkan oleh alkohol. Bakteri yang bersifat demikian dikelompokkan sebagai bakteri Gram negatif.
4. Cat Gram D
Cat Gram D terdiri atas :
Safranin : 0,25 gram
Etil alkohol 95 % : 10 ml
Akuades : 90 ml
Cat ini berwarna merah. Cat ini merupakan cat sekunder atau kontras. Cat ini berfungsi untuk memberikan warna mikroorganisme non target. Cat sekunder mempunyai spektrum warna yang berbeda dari cat primer. Akibat pemberian cat Gram D, akan terjadi 2 kemungkinan :
  • Bakteri Gram positif akan tetap berwarna ungu, karena telah jenuh mengikat cat Gram A sehingga tidak mampu lagi mengikat cat Gram D.
  • Bakteri Gram negatif akan berwarna merah, karena cat sebelumnya telah dilunturkan oleh cat Gram C maka akan mampu mengikat cat Gram D.
Dasar teori cat Gram
Berdasarkan sifat terhadap cat Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif. Terdapat dua teori yang dapat menjelaskan dasar perbedaan ini yaitu :
1. Teori Salton
Teori ini berdasarkan kadar lipid yang tinggi (20 %) di dalam dinding sel bakteri Gram negatif. Zat lipid ini akan larut selama pencucian dengan alkohol. Pori-pori pada dinding sel membesar, sehingga zat warna yang sudah diserap mudah dilepaskan dan bakteri menjadi tidak berwarna.
Bakteri Gram positif mengalami denaturasi protein pada dinding selnya akibat pencucian dengan alkohol. Protein menjadi keras dan beku, pori-pori mengecil sehingga kompleks kristal yodium yang berwarna ungu dipertahankan dan bakteri akan tetap berwarna ungu.
2. Teori permeabilitas dinding sel
Teori ini berdasarkan tebal tipisnya lapisan peptidoglikan dalam dinding sel. Bakteri Gram positif mempunyai susunan dinding yang kompak dengan lapisan peptidoglikan yang terdiri dari 30 lapisan. Permeabilitas dinding sel kurang, dan kompleks kristal yodium tidak dapat keluar.
Bakteri Gram negatif mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis, hanya 1 – 2 lapisan dan susunan dinding selnya tidak kompak. Permeabilitas dinding sel lebih besar sehingga masih memungkinkan terlepasnya kompleks kristal yodium.
CARA PENGECATAN GRAM
Sebelum melakukan pengecatan Gram, siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Pastikan semua alat dan bahan yang diperlukan serta tempat untuk mencuci terletak di tempat yang terjangkau. Jangan sampai terlalu jauh sehingga menyulitkan dan memakan waktu.
Alat dan bahan yang diperlukan adalah :
Alat :
  • Rak pengecatan
  • Kran/sumber air yang mengalir
Bahan :
  • Cat Gram A, B, C dan D
  • Preparat yang telah siap untuk dicat
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENGECATAN GRAM
Kelebihan :
  1. Pengecatan Gram penting sebagai pedoman awal untuk memutuskan terapi antibiotik, sebelum tersedia bukti definitif bakteri penyebab infeksi (kultur dan tes kepekaan bakteri terhadap antibiotik). Hal ini karena bakteri Gram positif dan negatif mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap berbagai jenis antibiotika.
  2. Kadang-kadang morfologi bakteri yang telah dicat Gram mempunyai makna diagnostik. Misalnya pada pemeriksaan Gram ditemukan Gram negatif diplococci intraseluler dari spesimen pus (nana) uretral, maka memberikan presumptive diagnosis untuk penyakit infeksi gonore.
Kekurangan :
Pengecatan Gram memerlukan mikroorganisme dalam jumlah banyak yakni lebih dari 104 per ml. Sampel yang cair dengan jumlah kecil mikroorganisme misalnya cairan serebrospinal, memerlukan prosedur sentrifuge dulu untuk mengkonsentrasikan mikroorganisme tersebut. Pellet (endapan hasil sentrifuge) kemudian dilakukan pengecatan untuk diperiksa secara mikroskopis.
Pustaka acuan :
Nirwati, Hera, _______, Pembuatan Preparat dan Pengecatan dalam Petunjuk Praktikum Mikrobiologi, Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Strohl, William A, Rouse,H, Fisher, BD, 2001, Lippincott’s Illustrated Reviews: Microbiology, Lippincott William & Wilkins, USA